Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Kamis, 16 Februari 2012

Prognosis Mental Retardasi


 Shelly R Y
Fb : Shera.yoshe
PROGNOSIS MENTAL RETARDASI

Prognosis adalah suatu prediksi terhadap kemungkinan perjalanan dan akibat suatu penyakit. Retardasi adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
Retardasi mental merupakan suatu gangguan Aksis II dalam DSM-IV-TR sebagai : fungsi intelektual yang sangat di bawah rata – rata bersama dengan kurangnya perilaku adaptif dan terjadi sebelum usia 18 tahun. 

A.    Kriteria Retardasi Mental
a.       Skor tes intelegensi
Merupakan komponen utama dari defenisi DSM memerlukan penilaian intelegensi. Hampir dua pertiga populasi memiliki skor IQ (inteligent quotient) antara 85 hingga 115. Tetapi pada populasi yang mengalami retardasi memiliki skor di bawah 70 hingga 75, memenuhi kriteria “fungsi intelektual umum secara signifikan di bawah rata – rata.” Hampir 3% populasi berada dalam kategori ini.
Penentuan IQ harus didasarkan pada berbagai tes yang diberikan kepada seseorang oleh seorang profesional yang kompeten dan terlatih dengan baik. Interpretasi skor harus mempertimbangkan keterbatasan budaya, bahasa, dan penginderaan atau motorik yang dapat mengganggu performa.
Contohnya : bila menguji seseorang anak yang menderita serebral palsi yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan tangannya, penguji dapat memilih tes IQ yang memerlukan respons – respons verbal atau respons dengan gerakan tangan sederhana, dan tidak menggunakan tes intelektual tradisional, yang mencakup komponen non verbal atau performa yang memerlukan gerakan motorik yang mencakup kompleks dan cepat. Sama dengan itu, seorang anak yang berbicara dengan bahasa Parsi di rumah dan berbahasa Inggris di sekolah tidak dapat diuji secara valid dengan hanya menggunakan alat ukur berbahsa Inggris.

b.      Fungsi adaptif
Merujuk pada penguasaan keterampilan masa kanak – kanak seperti menggunakan toilet, dan berpakaian, memahami konsep waktu dan uang, mampu menggunakan peralatan, berbelanja, dan melakukan perjalanan dengan transportasi umum, dan mengembangkan responsivitas sosial.
Contohnya : seorang remaja diharapkan mampu menerapkan keterampilan akademik, penalaran, dan penilaian dalam kehidupan sehari – hari dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kelompok.

c.       Usia Onset
Merupakan kriteria dimana gangguan ini terjadi di bawah usia 18 tahun, untuk mencegah mengkasifikasikan kelemahan intelegensi dan perilaku adaptif yang disebabkan oleh cedera atau sakit yang terjadi kemudian dalam hidup sebagai retardasi mental.
Anak – anak yang mengalaminya sering kali didiagnosis di masa bayi. Sebagian besar anak yang dianggap mengalami retardasi mental tidak teridentifikasi sampai mereka mulai bersekolah. Anak – anak tersebut tidak menunjukkan tanda – tanda fisiologis, neurologis, atau fisik yang jelas, dan masalah tersebut muncul ke permukaan hanya setelah mereka menunjukkan ketidakmampuan untuk mengalami kemajuan yang sama seperti anak – anak seusia mereka di sekolah.

B.     Klasifikasi Retardasi Mental
Dalam DSM – IV – TR terdapat empat level retardasi mental yang masing – masing berhubungan dengan rentang tertentu. Rentang IQ bukanlah satu – satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Pada kenyataannya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam perilaku adaptif diidentifikasi.
                        Karakteristik orang – orang yang masuk dalam level retardasi mental :
a.       Retardasi mental ringan (IQ 50 – 55 hingga 70), mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak – anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir, biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan  level kelas 6.
b.      Retardasi mental sedang (IQ 35 – 40 hingga 50 – 55), orang – orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat mrmiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar seperti berlari,dan memanjat.
c.       Retardasi mental berat (IQ 20 – 25 hingga 35 – 40), di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 hingga 4 persen masuk ke dalam kelompok retardasi mental parah. Orang – orang tersebut umumnya memiliki abnormalitas sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar dimasukkan ke dalam penampungan dan membutuhkan bantuan terus – menerus dari orang lain. Orang dewasa yang mengalami retardasi mental parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi singkat. Mereka hanya bisa melakukan sedikit aktifitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi.
d.      Retardasi mental sangat berat (IQ di bawah 20 – 25), harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun. Tingkat kematian di masa kanak – kanak pada orang – orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat tinggi.



C.     Faktor – faktor yang mempengaruhi Retardasi Mental
1.      Tidak terdapat faktor yang dapat diidentifikasi
Orang yang mengalami retardasi mental ringan atau sedang, sejauh yang diketahui saat ini, mengalami kerusakan otak yang dapat diidentifikasi. Orang – orang yang mengalami retardasi mental karena kerusakan biologis yang dapat diidentifikasi terdapat dalam seluruh kelompok sosioekonomi, etnis, dan ras dengan persentase yang sama, mereka yang mengalami retardasi mental ringan atau sedang jauh lebih banyak berasal dari kelas sosioekonomi rendah, menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi kekurangan sosial ertentu merupakan faktor – faktor besar yang meretardasi perkembangan intelektual dan behavior mereka.
Baumeister, Kupstats, dan Kindworth (1991) mengajukan beberapa vriabel yang menyebabkan terjdainya bentuk ringan retardasi mental seperti faktor – faktor genetik yang tidak diketahui, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
2.      Faktor biologis yang diketahui
Abnormalitas kromosom yang terjadi pada saat kehamilan hanya sedikit yang mampu bertahan. Mayoritas kehamilan tersebut berakhir dengan aborsi spontan atau keguguran. Sebagian dari bayi yang dilahirkan mengalami abnormalitas kromosom meninggal tidak lama setelah dilahirkan, di antara bayi yang dapat bertahan hidup mayoritas mengalami syndrome down atau trisomi.
Orang – orang yang mengalami syndrome down mengalami retardasi mental sedang hingga parah serta beberapa tanda fisik yang khas, seperti postur tubuh ang pendek dan gemuk, mata yang berbentuk oval dan condong ke atas, lipatan kelopak mata bagian atas yang memanjang melewati sudut bagian dalam mata, rambut lurus yang tipis dan halus, hidung yang lebar dan datar, telinga berbentuk persegi, lidah yang besar dengan langit – langit rendah, dan tangan yang pendek serta lebar dengan jari – jari yang pendek.
Sekitar 40 persen anak – anak Syndrome Down memiliki masalah jantung , sejumlah kecil mengalami penyumbatan saluran pencernaan atas, dan sekitar 1 dari 6 anak meninggal pada sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian tinggi setelah berusia 40 tahun, dengan kerusakan pada jaringan otak seperti ynag terjadi pada penyakit alzhaimer.
3.      Penyakit gen resesif

4.      Penyakit infeksi
Infeksi HIV menjadi signifikan retardasi mental. Bila infeksi HIV tidak ditangani selama kehamilan dan kelahiran, seorang ibu positif lebih mungkin menularkan virus tersebut ke janun, dan sekitar separuh dari bayi – bayi yang terinfeksi tersebut mengalami retardasi mental. Pada awalnya bayi berkembang normal, namun mengalami penurunan fungsi kognitif dan motorik seiring memburuknya kondisi HIV mereka, beberapa di antaranya tetap terinfeksi HIV selama bertahun – tahun.
5.      Kecelakaan
6.      Bahaya lingkungan
Salah satu polutan yang berbahaya itu adalah merkuri, yang dapat masuk ke tubuh dengan mengkonsumsi ikan yang mengandung merkuri. Polutan lain adalah timah, yang terdapat dalam cat, kabut asap dan asap buangan kendaraan bermotor yang ditimbulkan oleh pembakaran bensin yang bertimbal.   
Keracunan timah dapat menyebbkan kerusakan ginjal dan otak serta anemia, retardasi mental, kejang – kejangdan kematian.

D.     Pencegahan dan Penanganan Retardasi Mental
Pencegahan retardasi mental tergantung pada pemahaman berbagai penyebabnya. Bidang genetika medis belum mampu mencegah penyebab genetik yang lebih parah dalam retardasi mental, namun kemajuan dalam ilmu genetika dapat mengubah situasi ini dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bila lingkungan miskin menjadi sumber retardasi mental, program – program pengayaan dapat mencegah semakin buruknya kelemahan yang dialami dan kadang bahkan mengalami kelemahan yang sudah terjadi.
Sejak tahun 1960-an telah dilakukan berbagai upaya untuk mendidik anak – anak yang mengalami retardasi mental sebaik mungkin. Sebagian besar orang yang mengalami retardasi mental dapat menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara efektif di masyarakat.
Sejak tahun 1975, para individu yang mengalami retardasi mental  berhak mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkugan dengan batasan yang sangat minimal, idealnya orang – orang dewasa yang mengalami retardaasi mental sedang, tinggal di tempat tinggal berukuran kecil yang menyerupai rumah yang berada di tengah masyarakat. Disediakan perawatan medis dan para tenaga ahli dan petugas terlatih yang tinggal bersama mereka memenuhi kebutuhan para penghuni selama 24 jam. Para penghuni juga didorong untuk berpartisipasi dalam tugas – tugas rutin rumah tangga semampu mereka.   

referensi
 Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Binarupa Aksara : Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment