-->
A.
Pengertian
Self Management
Self
management merupakan salah satu model dalam cognitive behavior therapy. Self management melibatkan pemantauan diri, reinforcement yang
positif, kontrak atu perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan terhadap
rangsangan. Self management atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi
pengubahan perilaku yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku seseorang dengan
suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik.
Self-management dalam terminologi pendidikan,
psikologi, dan bisnis adalah metode, keterampilan dan strategi yang dapat
dilakukan oleh individu dalam mengarahkan secara efektif pencapaian tujuan
aktivitas yang mereka lakukan, termasuk di dalamnya goal setting, planning,
scheduling, task tracking, self-evaluation, self-intervention, self-development.
Selain itu self-management juga dikenal sebagai proses
eksekusi (pengambilan keputusan).
Merriam& Caffarella (Martin, 1996) menyatakan bahwa pengarahan diri merupakan upaya
individu untuk melakukan perencanaan, pemusatan perhatian, dan evaluasi
terhadap aktivitas yang dilakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis
yang memberi arah pada individu untuk mengambil keputusan dan menentukan
pilihannya serta menetapkan cara-cara yang efektif dalam mencapai tujuannya.
Pada dasarnya,
manajemen diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu perilaku dan
mengendalikan terjadinya perilaku lain (perilaku sasaran) dikemudian waktunya (Watson
& Tharp, 1993; Yates, 1986). Menurut Skinner (dalam Raymond, 2012 )
manajemen diri melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang
terkendali. Dalam perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan
diri dimana anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif
yang akan dimodifikasi.
Anggapan dasar Self management
merupakan teknik kognitif behavioral adalah bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif. Setiap perilaku manusia itu
merupakan hasil dari proses belajar (pengalaman) dalam merespon
berbagai stimulus dari lingkungannya. Namun self management juga menolak
pandangan behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungannya.
Self-management merupakan serangkaian teknis
untuk mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan. Aspek-aspek yang dapat
dikelompokkan ke dalam prosedur self-management menurut Yates (dalam Miltenberger, 2008) adalah:
1)
Management by antecedent: pengontrolan reaksi terhadap
sebab-sebab atau pikiran dan perasaan yang memunculkan respon.
2)
Management by consequence: pengontrolan reaksi terhadap
tujuan perilaku, pikiran, dan perasaan yang ingin dicapai.
3)
Cognitive techniques: pengubahan pikiran, perilaku
dan perasaan. Dirumuskan dalam cara mengenal, mengeliminasi dan mengganti
apa-apa yang terefleksi pada antecedents dan consequence.
4)
Affective techniques: pengubahan emosi secara
langsung.
Management by antecedent dan management by consequence disebut
juga sebagai bentuk dari teknik intervensi perilaku, yang merupakan
implementasi dari teknik kognitif atau afektif. Pada kenyataannya, keempat
aspek itu akan saling berkaitan satu sama lain. Teknik-teknik afektif merupakan
program makro dengan tujuan untuk mengubah emosi dan sikap. Hal itu melibatkan
peran antara siswa dan konselor. Teknik-teknik kognitif berguna dalam
pengubahan pikiran dan pola-polanya. Dikatakan pula sebagai program meso.
Teknik-teknik perilaku merupakan aspek khusus/layanan mikro yang mengubah
perilaku-perilaku tertentu dari siswa (Yates, dalam Miltenberger, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, self-management
merupakan seperangkat prinsip atau prosedur yang meliputi pemantauan diri (self-monitoring),
reinforcement yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri
sendiri (selfcontracting), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus
control) dan merupakan keterkaitan antara teknik cognitive, behavior,
serta affective dengan susunan sistematis berdasarkan kaidah pendekatan cognitive-behavior
therapy, digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam proses
pembelajaran yang diharapkan.
B.
Self-Management sebagai Suatu Strategi Modifikasi
Perilaku
Self-management adalah suatu strategi pengubahan
perilaku yang dalam prosesnya klien mengarahkan perubahan perilakunya sendiri
dengan suatu teknik atau kombinasi teknik terapeutik (dalam Prijosaksono, 2001). Self management merupakan
suatu strategi yang masih relatif baru dalam dunia konseling: “Self-management is
a relative recent strategy in counseling" (Cormier & Cormier, dalam Martin, 1996). Pengelolaan-diri baru muncul
pada tahun 1970 dari tradisi konseling behavioral kontemporer setelah kaum
behavioral memperhatikan pentingnya peranan kognisi terhadap terjadinya
perubahan perilaku dan memberikan apresisasi terhadap kekuatan self-directed
behavior (Martin, 1996).
Self-management merupakan suatu strategi kognitif
behavioral. Anggapan dasarnya adalah bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungankecenderungan positif maupun negatif. Segenap perilaku manusia itu
merupakan hasil dari proses belajar dalam merespons terhadap berbagai stimulus
dari lingkungannya. Namun self-management menentang keras pandangan
behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungannya. Secara tegas Cormier dan Cormier (dalam Martin, 1996) mengatakan bahwa self-management
bukanlah suatu pendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik yang
menyingkirkan potensi klien untuk membuat pilihan dan keputusan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa dalam proses belajar untuk menghasilkan perilaku itu aspek
kognitif juga memiliki peranan penting terutama dalam mempertimbangkan berbagai
tindakan yang hendak dilakukan, menentukan pilihan-pilihan tindakan itu, dan
mengambil keputusan tindakan perilakunya. Atas dasar semua itu pula, maka
strategi self-management justru memberikan posisi terhormat terhadap
proses kognitif dan self -regulated behavior.
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi self-management
sebagai strategi pengubahan dan pengembangan perilaku dalam konseling
yaitu:
1)
Pada dasarnya klien memiliki kemampuan untuk
mengamati; mencatat; dan menilai pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri.
2)
Pada dasarnya klien memiliki kekuatan dan keterampilan
yang dapat dikembangkan untuk menyeleksi faktor-faktor lingkungan.
3)
Pada dasarnya klien memiliki kekuatan untuk memilih
perilaku yang dapat menimbulkan rasa senang dan menjauhkan perilaku yang
menimbulkan perasaan tidak senang.
4)
Penyerahan tanggung jawab kepada klien untuk mengubah
atau mengembangkan perilaku positifnya amat sesuai dengan kedirian klien karena
klienlah yang paling tahu, paling bertanggung jawab, dan dengan demikian paling
mungkin untuk mengubah dirinya.
5)
Ikhtiar mengubah atau mengembangkan diri atas dasar
inisiatif dan penemuan sendiri, membuat perubahan itu bertahan lama (Cormier
& Cormier, 1985 ; Nye, 1975; Mayer, 1978; O’leary & O'Leary, 1977 dalam Martin, 1996).
C.
Jenis-jenis Strategi Self
Management
1)
Goal-Setting dan Pengendalian Diri
Kita dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa kita akan terlibat dalam
target perilaku dimasa depan dengan menetapkan tujuan kita sendiri. Menetapkan
tujuan merupakan strategi dalam self management yang diawali dari diri individu
yang hendak memodifikasi perilaku yang tidak sesuai dengan yang semestinya agar
perilaku tersebut dapat dikendalikan.
Anda harus menetapkan tujuan
yang hendak dicapai. Ketika sebuah tujuan adalah sukses, maka anda lebih terpacu untuk menjadi sukses dengan menunjukkan tingkat yang diinginkan dari target
perilaku. Mencapai tujuan sangat penting di awal sebuah program self-management
karena sering menjadi kriteria untuk
penguatan kontinjensi, dan awal penguatan umumnya meningkatkan kemungkinan
bahwa orang akan bertahan dalam program
ini. Selain itu, tujuan adalah sebuah prestasi terkondisi bagi banyak orang
atau mungkin menjadi sebuah reinforcer jika terkondisi penguatan lain yang dikirimkan ketika orang mencapai tujuan.
Goal-setting dilaksanakan
paling sering dalam hubungannya dengan pengendalian diri. Dengan pengendalian
diri, anda merekam setiap contoh dari target perilaku seperti apa perilaku itu terjadi. Hal ini memungkinkan anda untuk
mengevaluasi kemajuan ke arah tujuan. Selain itu, pengendalian diri seringkali
reaktif; itu adalah tindakan pengendalian diri menguntungkan yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam target perilaku.
a.
Manipulasi Anteseden
Merupakan
manipulasi yg sering digunakan oleh orang-orang dalam program manajemen diri
untuk mempengaruhi perilaku mereka sendiri. Ingatlah bahwa dalam awal manipulasi, Anda mengubah
lingkungan dalam beberapa cara sebelum perilaku
sasaran terjadi untuk mempengaruhi terjadinya masa depan perilaku sasaran
(Epstein, 1996). Enam jenis manipulasi pendahuluan untuk
meningkatkan kemungkinan perilaku target:
·
Menyajikan stimulus diskriminatif (SD) atau isyarat untuk
target yang diinginkan dari tingkah laku.
·
Menghapus SD atau isyarat untuk perilaku yang tidak
diinginkan.
·
Mengatur program untuk membangun perilaku target yang
diinginkan.
·
Menyajikan operasi untuk menghapuskan perilaku yang tidak
diinginkan.
·
Mengurangi upaya respon untuk perilaku target yang
diinginkan.
·
Meningkatkan upaya respon untuk perilaku bersaing.
b.
Perilaku
yang disetujui
Sebuah
kontrak perilaku adalah dokumen tertulis di mana Anda mengidentifikasi target perilaku
dan mengatur target konsekuensi perilaku dalam jangka waktu tertentu. Meskipun
orang lain (manajer kontrak)
menerapkan
konsekuensi, kontrak perilaku yang dianggap sebagai jenis strategi manajemen diri karena perilaku yang masuk ke
dalam kontrak adalah mengendalikan perilaku yang dirancang untuk mempengaruhi
terjadinya masa depan target perilaku. Dalam kontrak perilaku, Anda
mengidentifikasi dan menentukan perilaku target yang
harus diubah, membentuk metode pengumpulan data, menentukan tingkat kriteria sasaran
perilaku yang akan dicapai dalam jangka waktu kontrak, dan mengatur kontinjensi
dan orang untuk melaksanakan kontinjensi untuk
mempengaruhi perilaku target.
2)
Mengatur reinforcers dan punishers
Sebuah
strategi manajemen diri yang sama melibatkan kontinjensi mengatur penguatan
atau hukuman tanpa menuliskan ke dalam kontrak. Anda mungkin mengatur penguatan
atau hukuman dengan diri sendiri.
3)
Dukungan Sosial
Dukungan sosial terjadi ketika orang lain yang signifikan
dalam kehidupan seseorang memberikan kontribusi untuk memperkuat perilaku yang
diinginkan.
4)
Instruksi terhadap Diri dan Pujian
untuk Diri
Anda dapat mempengaruhi perilaku Anda sendiri dengan
berbicara kepada diri sendiri dengan cara tertentu (Malott, 1989).
D.
Teknik Self-Management
Pemantauan diri biasanya digunakan konseli untuk
mengumpulkan base line data dalam suatu proses treatment. Konseli
harus mampu menemukan apa yang terjadi sebelum menerapkan suatu strategi
pengubahan diri, sedangkan konselor harus mengetahui apa yang tengah
berlangsung sebelum melakukan tindakan. Pada tahap ini konseli mengumpulkan dan
mencatat data tentang perilaku yang hendak diubah, anteseden perilaku, dan
konsekuensi perilaku. Konseli juga mencatat seberapa banyak atau seringkah
perilaku itu sering terjadi. Pemantauan diri juga sangat berguna untuk
evaluasi.
Reinforcement yang
positif (self-reward), digunakan untuk membantu klien mengatur dan memperkuat
perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya sendiri. Banyak tindakan
individu yang dikendalikan oleh konsekuensi yang dihasilkannya sendiri sebanyak
yang dikendalikan oleh konsekuensi eksternal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
proses self management itu seperti berikut:
ü Adanya assesment, dalam assesment
terdiri dari observasi, wawancara dan analisis fngsional.
ü Mencatat semua perilaku yang akan
diubah.
ü Mengumpulkan dan mencatat anteseden
perilaku.
ü Melakukan pemantauan terhadap
perilaku yang akan diubah tersebut.
ü Melihat perkembangan yang terjadi.
ü Self monitoring dan self evaluation.
DAFTAR PUSTAKA
Jawwad, M Ahmad Abdul. 2004. Manajemen Waktu. Bandung : Syaamil
Cipta Media.
Martin, G and Pear, J. 1996. Behavior
Modification: What It Is And How To Do It. New Jersey: Prenhell Hall
International Inc.
Miltenberger G. Raymond. 2008. Behavior Modification: Principles and
Procedures. University of South Florida.
Prijosaksono, Aribowo dan Marlan
Mardianto. 2001. 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta : Elex Media
Computindo.
Soekadji, S. 1983. Modifikasi
Perilaku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta:
Liberty.
0 komentar:
Posting Komentar