Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 11 November 2011

Hubungan Psikologi Dengan Psikopatologi



A.    GANGGUAN EMOSI PADA PERILAKU PSIKOPATOLOGI

1.      Pengertian

     Disfungsi emosional terletak pada inti dari berbagai kondisi psikopatologikal. Psikopatologi adalah istilah yang mengacu pada baik studi tentang penyakit mental atau tekanan mental atau manifestasi perilaku dan pengalaman yang mungkin menunjukkan penyakit mental atau gangguan psikologis.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai Sosiopat karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Psikopat adalah gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun demikian orang-orang psikopat bila dilihat sepintas memiliki sifat baik hati dan disukai tetapi sebetulnya dibalik itu semua mereka sangat merugikan masyarakat. Orang-orang seperti inilah yang oleh para banyak ahli disebut sebagai psikopat (jiwa [psyche] yang menderita kelainan [patologik]). Banyak istilah atau pengertian yang disampaikan banyak ahli tentang psikopat, namun menurut terminologi ilmu kedokteran jiwa psikopat disebut sebagai gangguan kepribadian antisosial yang secara umum memiliki karakterisik perilaku antara lain egois, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tidak mempedulikan dampak perilakunya terhadap orang lain, menikmati dan tidak memiliki rasa penyesalan (guilty feeling)
dari penderitaan orang lain akibat perbuatannya.
1.      Faktor penyebab
Penyebab psikopat belum jelas benar hingga kini. Tapi hipotesis yang diajukan Hare menduga psikopat terjadi akibat kelainan fungsi otak. Ini didasarkan pengalaman Hare saat memeriksa seorang pasien psikopat berusia 46 tahun bernama Al. Pada otak Al terbukti ditemukan kelainan. Al tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak kiri (pusat rasio) dan otak kanan (pusat emosi). Karena itu, menurut Hare, seorang psikopat tidak sekadar berbohong atau hipokrit, tapi juga ada sesuatu yang lebih serius, yakni ada kelainan di otaknya.           
Dugaan adanya faktor biologis ini juga muncul dalam laporan Pridmore, Chambers dan McArthur pada 2005. Mereka melaporkan adanya hubungan antara gejala psikopat dengan
kelainan sistem serotonin, kelainan struktural, dan kelainan fungsional pada otak. Temuan lain disampaikan pula oleh Litman setahun sebelumnya. Ia menyebutkan, penderita psikopat
mengalami kelainan neurologik pada sindrom erotic violence. Pada 2003, Raine juga mengungkapkan ada kelainan Corpus collosum pada sosok psikopat.
Laporan lain soal penyebab psikopat diutarakan Kirkman (2002). Ia menyatakan, pengidap kepribadian psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tak memberi peluang untuk
perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak salah asuh ini akan tumbuh menjadi orang-orang yang tak bisa berempati dan tak memiliki kata hati (consceince).
Beberapa penelitian menyebutkan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis dan sosial. Faktor lingkungan fisikdan sosial yang beresikoberkembangnya seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah masyarakat yang dekat dengan perbuatan kriminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan biologis salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian yang dilakukan Peter C, dkk pada tahun 1997 didapatkan hasil yang cukup mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda. Hal ini akan menjadi informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting. Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan. Terdapat beberapa faktor resiko untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas, emosi, impulsifitas, hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak faktor resiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi dan intoleransi makanan. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita
termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD. Penelitan lanjutan dari riset ini sangat dibutuhkan dan akan menjadi sangat penting, khususnya bagi penderita psikopat yang beresiko menjadi pelaku kriminal.

2.      Gejala-gejala psikopat

Ø  Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran,
psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
Ø  Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
Ø  Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
Ø  Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
Ø  Sikap antisosial di usia dewasa.
Ø  Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
Ø  Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
Ø  Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
Ø  Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
Ø  Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh- sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar yang bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
Ø  Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasaan dirinya.

3.      Jenis-jenis psikopat

Menurut Hervey Checkley, dalam bukunya The Mask of Sanity ( 1941 ), ada empat jenis psikopat :
Ø  Primary Psychopath yang bergeming pada hukuman, penahanan, tekanan, atau celaan. Mereka punya cara sendiri untuk memaknai kata dan kehidupan.
Ø  Secondary Psychopath adalah pengambil resiko, dan juga lebih tanggap terhadap tekanan, mudah cemas dan merasa bersalah.
Ø  Distempered Psychopath, cenderung mudah marah dan bila kumat, tingkah mereka mirip penderita epilepsi (ayan), cenderung jadi pecandu obat, kleptomania, pedofilia, bahkan
bisa jadi pembunuh dan pemerkosa berantai.
Ø  Charismatic Psychopath adalah si pembohong yang menarik dan menawan, selalu dianugerahi bakat tertentu, tapi memanfaatkannya untuk memperdaya yang lain. Pemimpin agama sekte tertentu yang mendorong pengikutnya bunuh diri bisa jadi contoh.

4.      Ciri-Ciri psikopat :
Ø Manipulasi dan menipu Mereka tidak pernah mengakui hak-hak orang lain dan melihat diri dan perilaku mereka dapat diterima. Mereka tampak menawan, tetapi diam-diam bermusuhan dan mendominasi, melihat korban mereka hanya sebagai instrumen untuk digunakan. Mereka mungkin mendominasi, mempermalukan korban-korban mereka.
Ø Rasa megah harga diri berhak untuk hal-hal tertentu sebagai "hak mereka."
Ø Berbicara dalam percaya diri dan persuasif, tetapi tanpa kejujuran atau pengawasan.
Ø Tidak dapat  berbaring dengan tenang dan hampir tidak mungkin bagi mereka untuk menceritakan kebenaran secara konsisten. Sangat meyakinkan dan bahkan mampu lulus tes kebohongan.
Ø Kurangnya rasa menyesal, malu atau rasa bersalah yang mendalam. Mereka melihat orang lain di sekitar mereka sebagai manusia, tetapi hanya sebagai sasaran dan kolektif.

5.      Lima tahap mendiagnosis psikopat
Ø Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu.
Ø Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewan pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian.
Ø Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
Ø Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
Ø Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.

6.      Berhadapan dengan psikopat
Untuk menghadapi hal tersebut kita tidaklah harus bersikap paranoid atau curiga berlebihan kepada setiap orang yang kita temui. Cukup dengan hati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang tertentu yang kita jumpai. 

Dalam bukuWit hout Conscience memberikan kita beberapa tips atau kiat-kiat untuk  melindungi diri dari psikopat :
a.       Usahakan jangan sampai terpengaruh oleh umpan mereka: senyum yang indah, kata-kata manis, atau hadiah yang berlimpah yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian anda dari manipulasi atau eksploitasi yang mungkin akan terjadi. Karakteristik ini punya muatan licik yang dimaksudkan untuk mengaburkan pesan individual yang sejati. Berpalinglah, dan konsentrasikan diri pada apa sebenarnya terjadi.
b.      Buka mata. Orang yang tampaknya terlalu sempurna seringkali aslinya jauh berbeda. Psikopat menyembunyikan sisi gelap mereka sampai korban mereka telah terlibat cukup dalam.
Pujian berlimpah, kebaikan palsu dan kelemahan dalam cerita yang kedengarannya hebat seharusnya bisa memberi petunjuk dan membuat anda waspada. Cari alasan yang masuk akal untuk menyelidiki mereka.
c.       Kenali diri anda. Jika tidak, anda akan diserang pada titiklemah anda. Psikopat pandai menemukan dan menggunakan kelemahan orang lain. Jadi, semakin anda menyadari hal-hal yang membuat anda gampang terpikat, semakin siap anda membentengi diri.
d.      Tetapkan aturan dasar yang tegas, dan hindari berebut kekuasaan yang tidak mungkin anda menangkan. Psikopat cenderung memegang kendali; bila sikap anda tidak jelas dan lemah, mereka akan mengambil keuntungan. Perjelas, bangun, dan jagalah batasan-batasan yang kuat.
e.       Bila perlu, mintalah bantuan profesional. Korban sering kali bertanya-tanya apakah mereka berkhayal, atau mereka membiarkan kebohongan karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Pendapat dari ahli tak hanya mendukung kecurigaan ini, tetapi juga membantu memberi jalan keluar.

Dengan demikian yang cukup menarik bahwa dua dari struktur di otak yang paling berkaitan erat dengan suasana hati dan kognisi, yaitu, amigdala dan hipokampus, masing-masing menunjukkan letak dimana input konvergen neuroanatomy dari lingkungan internal dan eksternal yang berkumpul di dunia yang sama pada saraf elemen.

2.      GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA DEPRESI

       Tema yang sering muncul dalam studi depresi telah menjadi dasar teori phatophysiology yang diamati pada tindakan antidepresan. Serotonim peran utama dalam patofisiologi depresi yang awalnya diusulkan oleh identifikasi antidepresan yang bekerja pada neuron serotonergik, termasuk beberapa TCA dan trazodone, antidepresan yang pertama "atipikal" (Brogden, Heel, Speight, & Avery 1981, Bryant & Ereshefsky, 1982; Silvestrini, 1986).
Ciri khas depresi adalah perasaan sedih yang mendalam dan menenggelamkan individu. Kondisi ini kerap dipicu oleh sesuatu yang menimbulkan kegelisahan. Dalam beberapa bentuk, depresi merupakan komponen dari semua gangguan mental dan emosi. Depresi menjadi gejala gangguan emosi, ketika penderita kehilangan hubungan dengan realitas. Penderita depresi yang sangat akut akan kehilangan gairah hidup, sehingga ia gagal memperhatikan kebutuhannya sehari-hari.
Webster Dictionary mengartikan depresi sebagai suatu kondisi emosional yang bersifat normatis atau patologis, yang cirri khas nya ialah kecil hati, dan rasa tidak mampu. Dalam bidang klinis, depresi adalah rasa sedih yang dalam dan menyakitkan, biasanya disertai dengan rasa salah dan mengasihani diri sendiri.
Depresi terbagi menjadi dua macam:
1.      Depresi reaktif
Depresi yang biasanya ditimbulkan oleh faktor eksternal yang bisa saja terjadi sekali dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Depresi semacam ini dapat diatasi dengan mudah melalui saran yang mengembangkan semangat, dan teman yang menyenangka.
2.      Depresi endegenus
Depresi yang muncul dari dalam pikiran. Depresi ini berhubungan dengan faktor biokimia dalam tubuh. Pada dasarnya, jenis depresi tersebut bisa berulang dan surut kembali berkali-kali.
Depresi biasanya dianggap sebagai yang melibatkan lima bentuk karakteristik, meskipun dapat diperburuk oleh banyak kondisi emosional lainnya dan sering terjadi dalam konser dengan kecemasan:
(1)   Sedih suasana hati;
(2)   yang negatif konsep diri yang melibatkan self-cela
(3)   keinginan untuk menghindari orang lain
(4)   kehilangan keinginan untuk tidur dan keinginan seksual
(5)   tingkat aktivitas, USU sekutu dalam arah kelesuan, tapi kadang-kadang dalam
bentuk agitasi.

Ø Waktu dan Gejala Depresi
Manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menyesuaikan diri dengan kekecewaan yang tak terelakan namun tetap merasa tidak terganggu, sementara kelompok kedua tidak melakukan penyesuaian praktis apapun dan meratapi kesedihan mereka. Depresi biasanya menyerang selepas masa liburan atau peristiwa menyenangkan. Ini adalah situasi psikologi yang lazim disebut dengan Monday syndrome atau holiday syndrome. Monday syndrome terdiri dari gejala-gejala terpisah semisal rasa hampa, frustrasi, gugup, kehabisan tenaga, dll. 
Depresi tak mengenal umur. Masa kanak-kanak umumnya merupakan masa yang menyenangkan bagi sebagian besar anak-anak, meski ditandai dengan rasa sebal, marah, benci, murung, dan menarik diri. Pada masa remaja biasanya ditandai dengan ketidakstabilan emosi.

Pada usia lebih lanjut, depresi biasanya berhubungan dengan kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai, pernikahan, atau kekecewaan. Pada akhirnya depresi akan berubah menjadi guncangan tatkala masa-masa pensiun, usia tua, kesulitan keuangan, kehilangan pasangan, serta kehilangan hasrat dan tujuan menjadi bagian dari pertambahan usia.Setiap tahapan kehidupan berpeluang menimbulkan depresi. Kita hanya bermimpi jika berharap untuk tidak merasa sedih sewaktu mengalami krisis atau peristiwa tertentu yang pasti terjadi dalam hidup.
Teori depresi yaitu jenis teori paralel yang telah dijelaskan dengan rinci sehubungan dengan kecemasan dan memang juga dijalankan secara paralel dengan cara di mana
emosi secara umum telah dilihat.
·         Psikoanalitik
Seperti yang diharapkan, Freud mencontohkan pendekatan psikoanalitik untuk depresi. Dia menyarankan bahwa jika kebutuhan mulut anak lebih dari-atau di bawah sutu kepuasan maka ia dapat mengembangkan ketergantungan yang berlebihan untuk harga diri. Kemudian, jika seseorang mencintai dan orang tersebut hilang, orang yang hilang adalah introjected dengan identifikasi penuh. Jadi, Freud melihat depresi sebagai kemarahan berbalik melawan diri.

·         Belajar
Teori-teori belajar menyatakan berbagai depresi dilihat sebagai kondisi yang terutama dicirikan oleh penurunan aktivitas yang dikuti penarikan atau kehilangan. Yang paling berpengaruh pada teori depresi Seligman (misalnya, 1975), yang tergantung pada ide sentral dari ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal ini menunjukkan kecemasan yang respon awal terhadap situasi stres dan kemudian jika orang itu datang untuk percaya bahwa situasi tidak terkendali, kecemasan digantikan oleh depresi.


·         Fisiologis
Ada dua jenis utama dari teori fisiologis depresi. Yang pertama adalah berpendapat atas dasar gangguan dalam metabolisme elektrolit pasien depresi. Kalium natrium dan klorida sangat penting dalam pemeliharaan potensial dan pengendalian rangsangan dalam sistem saraf. Biasanya, adanatrium lebih di luar neuron dan lebih banyak kalium di dalamnya, tetapi pada pasien depresi
distribusi ini terganggu. Teori kedua pandangan depresi fisiologis sebagai akibat dari inhibisi pada transmisi saraf. Hal ini diduga terjadi dalam sistem saraf simpatik (SNS) dan untuk melibatkan pemancar saraf yang - norepinefrin. Sulit sekali, teori ini tidak menyebutkan hubungan teoritis antara faktor psikologis dan fisiologis dalam depresi.

·         Kognitif
Beck (misalnya, 1967) mencontohkan teori kognitif depresi dengan titik awal melalui pikiran dan keyakinan yang menyebabkan keadaan emosional. Dia berpendapat bahwa orang-orang menjadi depresi melalui pembuatan kesalahan logis; mereka mendistorsi peristiwa dan menyalahkan diri sendiri. Orang yang depresi menafsirkan semuaacara dari skema diri depresiasi dan menyalahkan diri sendiri.

GANGGUAN EMOSI PADA PENDERITA ANXIETY

          Kecemasan dan ketakutan adalah keadaan normal emosional manusia yang melayani fungsi adaptif. Gangguan kecemasan adalah salah satu kategori sindrom psikiatris (DSM-IV, American Psychiatric Association, 1994) yang ditandai dengan gejala kecemasan maladaptif. Obssesive kompulsif (OCD) ini ditandai dengan pikiran yang  mengganggu, pikiran yang tidak diinginkan dan ritual, serta perilaku repetitif.
Kecemasan, kekhawatiran, kepanikan, ketakutan, kegelisahan merupakan gejala psikologis yang umum dan dapat dirasakan oleh setiap individu. Reaksi kecemasan biasanya sering terjadi pada orang dewasa, namun anak-anak juga dapat menghadapi rasa cemas, seperti ditinggalkan sementara oleh orang tua, hari pertama masuk sekolah atau pada saat ingin menghadapi ujian. Pada kasus orang tua, reaksi kecemasan sering terjadi ketika mereka menghadapi tekanan (stres) dengan adanya kesulitan yang dapat dihadapi maupun kesulitan yang tidak dapat dihadapinya, seperti tekanan pekerjaan, tekanan pada saat sekolah/kuliah, tekanan pada masalah percintaan maupun tekanan pada masalah kesehatan.
Barlow mencirikan kecemasan sebagai struktur kognitif-afektif yang melibatkan emosi negatif yang tinggi yang tidak terkontrol, fokus diri dan keasyikan diri. Ia juga  berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara kecemasan dan depresi, karena kebanyakan pasien depresi juga cemas, tapi tidak semua pasien cemas mengalami depresi. Barlow menamakan kembali kecemasan sebagai “anxious apprehension”, sebuah masa depan-berorientasi pada tingkatan suasana hati. Inilah kondisi yang telah dipersiapkan dengan peristiwa negative untuk seterusnya.
Reaksi kecemasan yang terlalu berlebihan dan menetap terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dapat berubah menjadi sebuah gangguan, yaitu ganguan kecemasan (anxiety disorder). Sifat gangguan kecemasan dapat menghasilkan respon terhadap fisik maupun psikologis.
Gangguan kecemasan adalah sebuah penyakit mental yang serius yang ditandai dengan perasaan cemas yang besar dan berlebihan, seperti perasaan ketakutan berlebihan, jantung berdebar lebih keras, nafas tersengal, berkeringat, tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing dan perasaan tidak tenang.
Orang yang mengalami gangguan kecemasan mengalami reaksi ini sering sekali dan lebih berat, menyebabkan mereka tertekan dan menyebabkan mereka tidak dapat melakukan pekerjaan mereka sehari-hari. Mereka menjadi sangat waspada, karena sangat takut terhadap bahaya, akibatnya mereka sulit untuk rileks dan juga sulit merasa tenang dalam banyak situasi.

Beberapa jenis gangguan kecemasan adalah :
1.      Fobia
Kriterianya seperti penolakan berdasarkan ketakutan terhadap benda-benda atau situasi yang dihadapi yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya, seperti sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah.
2.      Agrofobia
Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik, takut berbelanja, takut kerumunan, takut berpergiaan dan banyak yang minta pertolongan.
3.      Fobia Sosial
Kecemasan sosial tidak rasional karena adanya orang lain. contoh : takut bicara di hadapan publik, takut makan di tempat umum, takut menggunakan wc umum, jarang minta bantuan, terjadi pada masa remaja, karena masa itu kesadaran dan interaksi sosial dengan orang lain menjadi penting dalam kehidupannya.
4.      Gangguan Panik
Tanda-tanda sekonyong-konyong sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman, perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata, ketakutan kehilangan kontrol , ketakutan menjadi gila dan takut akan mati.
5.      Gangguan Kecemasan Menyelur (GAD)
Gangguan ini melibatkan rasa khawatir yang berlebihan, sering kali tidak realistis, meski tidak ada hal-hal yang memprovokasi ketakutan tersebut. Tanda-tandanya adalah kecemasan kronis terus menerus mencakup situasi hidup, adanya keluhan somatis, seperti berpeluh, jantung berdetak keras, mulut kering, tangan dan kaki dingin, ketegangan otot dan sulit untuk berkonsentrasi.
6.      Gangguan Obsesif kompulsif (OCD)
Orang-orang yang mengalami OCD ini biasanya memiliki gangguan pikiran yang konstan dan ketakutan-ketakutan tertentu akan sesuatu secara berlebihan sehingga mendorongnya untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu. Misalnya, orang yang takut pada kuman secara berlebihan sering kali berpikiran bahwa ada banyak kuman di sekelilingnya, sehingga setiap kali ia menyentuh sesuatu, ia harus segera mencuci tangan atau menggunakan pembersih tangan.
7.      Gangguan Kecemasan Pasca Trauma (PTSD)
Orang dengan gangguan PTSD ini biasanya pernah mengalami trauma atau peristiwa yang sangat mengerikan seperti pelecehan seksual atau fisik, kematian tak terduga orang yang dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering memiliki pikiran dan kenangan yang abadi dan cenderung menakutkan terhadap kejadian tersebut. Biasanya, mereka cenderung mati rasa secara emosional.

Facebook comment