Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 05 Oktober 2011

Memahami Ekspresi Emosi

Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional. Ekspresi wajah. Mengapa Anda bisa tahu seseorang sedang bahagia atau sedih? Sebab emosi bahagia dan sedih itu diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajah seseorang, Anda sering tepat menebak emosi yang dialami orang itu. Anda tahu wajah seseorang yang sedang marah, sedih, bahagia, takut atau terkejut. Pasti berbeda wajah ditunjukkan pada saat marah dan pada saat sedih.
Saat Anda merasakan emosi terdapat perubahan fisiologis yang mengiringi baik yang bisa Anda rasakan maupun tidak. Pada saat takut, Anda mungkin merasakan detak jantung meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar, bulu kuduk merinding, otot wajah menegang, berkeringat, kencing di celana, dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu tidak jarang juga diketahui orang lain. Begitulah, emosi diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang yang gugup menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan tidak perlu, sering melakukan kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta menatap yang dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih lebar dan lainnya.
Pada saat mengalami emosi, kadang seseorang hanya diam saja. Tapi, diam pun adalah tindakan yang mencerminkan keadaan emosional. Beberapa tindakan emosional lain misalnya saat takut meringkuk di bawah meja, saat sedih menangis, saat marah membanting gelas, saat kecewa menyalahkan orang lain, saat tersinggung memaki, dan lainnya. 



I.                   EKSPRESI WAJAH DARI EMOSI
Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.
Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral. Hubungan perasaan dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan ekspresi wajah tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat memengaruhi atau menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah, bahkan oleh anggota spesies yang berbeda, misalnya kemarahan dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu, misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum.
Ekman (dalam Kulkarni, 2006) mendefinisikan enam kategori klasifikasi emosi yaitu senang, sedih, terkejut, marah, takut dan jijik. Kebanyakan sistem klasifikasi ekspresi wajah, mengklasifikasikan emosi ke dalam enam kategori universal tersebut. Selain itu, sistem klasifikasi harus dapat mengidentifikasi dan menunjukkan gabungan ekspresi dengan tepat. Sistem klasifikasi juga harus memiliki klasifikasi ekspresi yang dikuantifikasi untuk menyertakan intensitas dari ekspresi yang diklasifikasikan.

II.                EKSPRESI VOCAL DARI EMOSI
Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.
III.             EKSPRESI MUSIK DALAM EMOSI
Sejatinya musik adalah ritme bunyi yang harmonis. Musik merupakan alternatif sarana katarsis bagi seseorang. Di dalam musik terdapat melodi, dinamika , suara keras lembut, irama cepat lambat atau elemen-elemen lain. Memainkan alat musik merupakan alternative katarsis bagi seseorang. Dengan musik ia dapat mengatur irama sesuai dengan mood yang dimilikinya. Dengan bermain musik seseorang terlalih mengelola dan mengendalikan emosi secara ritmis.  Adapun yang terkandung dalam mendengarkan ritme  musik adalah kepekaan mengenali perasaan. Kadang-kadang musik dapat menggugah semangat, menggairahkan, menghilangkan ketegangan atau bahkan untuk sementara dapat memberikan suasana tentram . Musik memang merupakan alat bantu untuk mengekspresikan kata hati.
Menurut Alf Gabrielsson, seorang ahli di bidang psikologi music, untuk memahami ekspresi emosi dalam musik, kita perlu membedakan antara proses “emotion perception” dan “emotion induction”. Maksudnya,seorang pendengar musik dapat saja menangkap ekspresi emosi dari sebuah musik tanpa perlu mengalami emosi itu sendiri. Proses inilah yang dimaksud dengan emotion perception atau persepsi emosi yang terkandung dalam musik. Itu artinya ada nilai “objektif” dari fungsi emosional musik, yang membuat kita sebagai pendengar dapat mengenali musik yang bernuansa ’sedih’, ‘gembira’, ‘relaxing’ , dsb. Lebih jauh lagi, saat mendengar sebuah musik, kita dapat ‘mengalami’ emosi tertentu. Inilah proses emotion induction, di mana musik membawa kita hanyut dalam emosi tertentu. Seseorang, karenanya, dapat dengan bebas memberikan respon emosi terhadap musik yang didengarnya. Secara gamang, emotion perception dimaksudkan sebagai kerja intelektual (sebatas proses persepsi kognitif) sementara emotion induction melibatkan respon emosional (apa yang dirasakan saat mendengar musik tertentu).

Ekspresi emosi yang ditampilkan dalam musik dapat dinilai dari beberapa hal seperti :
·         Elemen tempo dari musik yang ditampilkan
·         Timbre
·         Serta kompleksitas musik yang disajikan
Misalnya, tempo cepat untuk musik yang riang dan tangga nada minor untuk menyampaikan kesedihan. Sampai di sini, para gitaris melakukan proses penilaian musik secara intelektual (persepsi emosi). Di lain pihak, gitaris akan memahami bahwa musik bisa juga mencuatkan sisi melankolis mereka (terinduksi emosi).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa musik yang ekspresif nilainya ada pada musik itu sendiri karenanya dapat dilakukan emotion perception) sekaligus pada si pendengar (terkait dengan emotion induction). Yang perlu diperhatikan lagi adalah adanya faktor ketiga: faktor situasional. Bagaimana musik itu dipresentasikan berpengaruh juga dalam urusan emosi ini. Misalnya, coba saja bandingkan sensasi emosional Anda saat mendengar sebuah musik sendu saat sebenarnya Anda sedang merasa senang dan saat Anda sedang meresa sedih, tentunya akan berbeda.

IV.             BAHASA DAN EMOSI
a) Pengertian Bahasa
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Menurut Irapurwitasai (2009), Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan symbol, khususnya symbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Bahasa terbagi menjadi bahasa verbal dan non verbal. Kata ‘verbal’ sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan ‘berarti’ atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang berkaitan dengan ‘kata’ yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa komunikasi verbal adalah bahasa – kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan hanya manusia yang dapat melambangkan keadaan dunia melalui bahasa. Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. 
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. 
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 
Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.  Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
b)      Hubungan bahasa dengan emosi
Banyak orang mengatakan, bahasa adalah alat komunikasi. Tentu saja pernyataan ini tepat, karena dengan bahasa komunikasi antara manusia dapat terjalin. Namun, apakah fungsi bahasa hanya terbatas sebagai alat komunikasi?
Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seseorang sedang sedih atau senang akan mengekspresikannya dengan menulis buku harian, menulis puisi, lirik lagu, cerita ataupun karya tulis atau pun bentuk bahasa tulis lainnya. Sedangkan ekspresi bahasa non verbal, yaitu ketika manusia mengekspresikan emosinya dengan menangis, menari, melontarkan kalimat – kalimat amarah, dan lain – lain. Dengan membahasakan ekspresi tersebut manusia akan merasa tenang dan terbebas dari tekanan emosi yang dirasakannya.
Emosi bukan hanya pengalaman-pengalaman subjektif belaka, emosi mempunyai berbagai fungsi. Seperti kesiapan untuk aksi melalui pengerahan dan koordinasi dari bermacam-macam mekanisme fisiologis, membentuk perhatian dan persepsi, memfasilitasi memori, membentuk perilaku untuk tujuan yang langsung pada aktivitas, beradaptasi dengan perubahan tuntutan sosial, mempengaruhi perilaku yang lain,dan membantu pembuatan keputusan (Panskeep, 1998).
·         Bahasa yang Diucapkan
Bahasa yang diucapkan (speech) berarti bahasa yang secara spesifik dihasilkan melalui oral channel (mulut) dan dimengerti melalui auditory channel(telinga). Karakteristik umum: 
A.    broadcast transmission: pembicaraan dapat didengar oleh beberapa pendengar dalam jarak pendengaran 
B.     rapid fading : pembicaraan bersifat sementara, 
C.     specialization : pembicaraan hanya berfungsi sebagai komunikasi

·         Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat tidak hanya dibentuk oleh aural/ oral channel tetapi juga beberapa channel seperti kedipan mata, gerakan tangan, wajah, dan torso. Dalam bahasa isyarat juga terdapat semua tingkatan grammar : fonologi, morfologi, dan sintaks.  Ekspresi Emosi Non-Bahasa Persajakan dalam Bahasa yang diucapkan Persajakan meliputi tekanan, intonasi, kekerasan, titinada, hubungan suara, dan kecepatan berbicara. Persajakan melebihi bentuk percakapan biasa karena berbeda dalam penekanan suara, kualitas, dan juga kualifikasi. 


Kesimpulan
Emosi adalah jiwa yang mempunyai kekuatan dan kedalaman sehingga dapat menggerakkan diri dengan semangat dan sumber energy. Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan symbol, khususnya symbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverval



DAFTAR PUSTAKA

Cole, L., 1963, Psychology of Adolance, New York : Hort, Rienhart and Winston inc.

Asmiyati, 2001, Hubungan antara Kematangan emosi dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Mappiare, A., 1982, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya


0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment