Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 01 April 2011

Perumusan Masalah Dalam Penelitian Kualitatif


PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF

A.     Pembatasan Masalah Study Melalui Fokus
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln & Guba ( 1985 : 226 ) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti. Maka ada 3 macam masalah :
·        Masalah untuk peneliti
·        Evaluands untuk evaluator
·        Pilihan kebijaksanaan
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban ( Guba, 1978 : 44; Linclon dan Guba, 1985 : 218 ; dan  Guba Linclon, 1981 : 88).
Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan factor – factor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai proposisi terikat dan antithesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha sintesis tertentu.
Dua maksud yang ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian :
1.      Penetapan focus dapat membatasi study. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.
2.      Penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi – ekslusi atau kriteria masuk – keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Penetapan focus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan.
Perumusan masalah yang  bertumpu pada fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di latar penelitan.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif, walau pun sifatnya masih tentatif, sehingga dapat ditarik kesimpulan penting yaitu:
Pertama, suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum ( kosong ).
Kedua, focus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.
Ketiga, tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
Keempat, masalah yang bertumpu pada focus yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian.

B.     Model Perumusan Masalah
Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek kenyataan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

A.     Menemukan Sumber – Sumber Masalah Penelitian
Kriteria Analisis
ü      Rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih hal atau factor (defenisi masalah)
ü      Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian
ü      Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian
ü      Uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi – ekslusi.
ü      Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penellitian
ü      Pembatasan study dinyatakan dengan istilah fokus
Sumber masalah biasanya dapat diangkat menjadi topik dari sebuah penelitian, ada beberapa sumber masalah, antara lain :
ü      Kehidupan sehari-hari
Berasal dari hal-hal yang menjadi kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
ü      Masalah praktis
Masalah yang harus diselesaikan yang cepat, sehingga masalah tesebut tidak berlarut-larut menjadi masalah.
ü      Hasil penelitian sebelumnya
Masalah yang peneliti rasa tidak tuntas diteliti oleh penelitian sebelumnya, seperti penelitian pada jurnal, skripsi, tesis, disertasi ataupun penelitian lainnya.
ü      Teori
Bedasarkan teori yang telah ada dan diakui. Biasanya peneliti ingin mencari hubungan antara teori-teori tersebut untuk mendapatkan teori baru.

B.     Prinsip – prinsip Perumusan Masalah
1.      Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.
2.      Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
Perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
v      Peneliti merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya.
v     Penekanan pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji suatu teori yang sedang berlaku.
v     Masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis data dan kemudian menjadi hipotesis kerja.
3.      Prinsip Hubungan Faktor
Faktor – faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.Ada 3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan maslah tersebut :
a.       Adanya dua atau lebih faktor
b.      Faktor – factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna.
c.       Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. 
Jadi, walaupun ada factor – factor, jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan.



4.      Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigm tengah.
            Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5.      Prinsip yang berkaitan dengan inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan.
Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan.
6.      Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
*    Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan penelitian
*    Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor dalam hubungan logis dan bermakna
*    Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional.
7.      Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur – unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian.
§         Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan.
§         Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu
§         Prinsip berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan tujuan
§         Prinsip terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian.
8.      Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bias dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif.
9.      Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca.

C.     Langkah – langkah Perumusan Masalah
Langkah 1       : Tentukan fokus penelitian
Langkah 2       : Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan dengan focus tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus
Langkah 3       : Dari antara factor – factor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
Langkah 4       : kaitkan secara logis factor – factor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.

Facebook comment