Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Senin, 27 Desember 2010

Metopel (metode dan desaim penelitian)

“ METODE DAN DESAIN PENELITIAN“

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Ciri ilmiah :
  • Rasional
  • Empiris
  • Sistematis

Syarat data untuk penelitian :
  • Valid (derajat ketepatan)
  • Reliabel (derajat konsistensi/keajegan)
  • Objektif (interpersonal agreement)
Data yang valid maka reliabel dan objektif, tetapi tidak sebaliknya.

Tujuan Penelitian, secara umum :
  1. Penemuan
  2. Pembuktian
  3. Pengembangan

Kegunaan Penelitian, secara umum :
  1. Memahami masalah
  2. Memecahkan masalah
  3. Mengantisipasi masalah

TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A.    Analisis dokumen
Dalam penelitian pustaka atau dalam penelitian naturalistic, sumber informasi
banyak ditemukan dalam foto, dalam bahan statistic, dalam dokumen atau dalam berbagai   sumber bacaan lainnya. Untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya kebenarannya, maka diperlukan kemampuan untuk menganalisis dokumen tersebut. Dalam perwujudannya, alat pengumpul data yang sering digunakan adalah blanko/format dan buku catatan.


B.     Kuesioner
Kuesioner berasal dari bahasa latin yang artinya rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan suatu topic tertentu, diberikan untuk sekelompok individu dengan maksud untuk mengumpulkan data. Tujuan utama kuesioner dalam penelitian adalah :
a.       Memperoleh informasi yang lebih relevan dengan tujuan penelitian
b.      Mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi
Dari segi isi, kuesioner dapat dibagi mnjadi 3 bagian yaitu :
1.      Pertanyaan fakta dan informasi
2.      Pertanyaan pendapat dan sikap
3.      Pertanyaan perilaku
Dari segi bagaimana kuesiner didistribusikan kepada responden, kuesioner dapat pula dibedakan :
1.      Kuesioner yang dibagikan dengan pos
2.      Kuesioner yang dibagikan langsung keada responden
Menurut jenisnya, kuesioner dapat pula dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.      Kuesioner tertutup
2.      Kuesioner terbuka
3.      Kuesioner terbuka-tertutup
C.     Wawancara
Wawancara adalah suatu kejadian dimana adanya interaksi antara pewawancara
Dengan orang yang diwawancarai atau responden dengan komunikasi langsung. Ada 4 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam percakapan tatap muka maupun percakapan melalui media, yaitu :
1.      Pewawancara
2.      Responden
3.      Materi pertanyaan
4.      Situasi wawancara
Keempat komponentersebut saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga dapat
menunjang atau dapat pula mengahmbat keberhasilan hasil wawancara tersebut. Apabila seluruh komponen berfungsi dengan baik maka tujuan wawancara tercapai dengan baik begitu pula seblaiknya.

            Dari bentuk pertanyaan yang diajukan, wawancara dapat dibedakan menjadi :
a.       Wawancara terencana-terstruktur
b.      Wawancara terncana-tidak terstruktur
c.       Wawancara bebas
Beberapa aturan umum yang perlu diperhatikan pewawancara adalah sebagai berikut :
a.       Penampilan dan sikap
b.      Pewawancara hendaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan diajukan
c.       Ikuti kata-kata dalam pertanyaan yang tepat
d.      Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar
e.       Bila jawaban belum jelas, maka gunakan teknik probing / menjaring lebih dalam informasi tersebut sehingga mendapatkan jawaban yang lebih spesifik, tepat dan jelas makna nya.
D.    Observasi
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menyelidiki atau mengetahui
tingkah laku non verbal adalah dengan mengguanakan teknik observasi.  Apabila mengacu pada fungsi pengamat bentuk, maka observasi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.      Participant observer
2.      Non- participant observer
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu :
1.      Pendekatan deduktif
2.      Pendekatan induktif
E.     Skala
Teknik skala sering digunakan dalam pengumpulan data. Teknik ini akan
memberikan hasil yang cukup berarti jika peneliti dapat memilih tipe yang tepat sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan dan tujuan yang telah dirumuskan. Beberapa teknik skala yang sering digunakan dalam teknik penelitian adalah :
a.       Skala Likert
b.      Skala Guttman
c.       Skala Thurstone
d.      Skala bertingkat
e.       Semantic differential


JENIS-JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar untuk memberikan klasifikasi akan jenis penelitian tersebut. Secara umum jenis penelitian didasarkan pada cara pandang Etika Penelitian dan Pola Pikir yang melandasi suatu model konseptual.
Jenis penelitian sesuai dengan Etika Penelitian terdini dari 3 macam yaitu: penelitian terapetik, non-terapetik, dan pada subyek khusus. Untuk dapat melaksanakan jenis penelitian ini disyaratkan untuk melakukan suatu tahapan persiapan penelitian yang disebut sebagai Kode Etik Penelitian.
A.    Penelitian Menurut Etika
1. Penelitian Terapetik
Penelitian terapetik adalah penelitian yang dilakukan pada pasien dan ditujukan untuk pencapaian penyembuhan, baik dengan memberikan obat maupun dengan cara lain, seperti pembedahan atau radiasi.
2. Penelitian Non-terapetik
Penelitian non-terapetik adalah penelitian pada pasien serta tidak berkaitan langsung dengan pengobatan, meskipun akhirnya hasil tersebut akan memberikan manfaat pada terapi. Penelitian ini bertujuan mencari data kausal maupun konseptual yang dapat menjelaskan terjadinya suatu sindroma.
3. Penelitian Pada Subyek Khusus/Tertentu
Penelitian pada subyek khusus atau tertentu, pada umumnya adalah penelitian yang diterapkan pada subyek yang memiliki ketergantungan pada orang lain (dependent-person), misalnya pada:
a. bayi atau anak di bawah umur,
b. wanita hamil atau menyusui,
c. pasien dengan gangguan jiwa atau keterbelakangan mental, dan
d. kelompok sosial di bawah pengaruh pimpinan atau penguasa, misalnya: mahasiswa kedokteran, perawat, pegawai rumah sakit, pegawai farmasi, ketentaraan, penghuni lembaga pemasyarakatan, dan pasien penyakit di daerah endemic

B.     Jenis Penelitian Menurut Pendekatan Analisis
Selain klasifikasi penelitian menurut cara pandang etika, ada pula klasifikasi penelitian berdasarkan cara pandang melalui pendekatan analisisnya. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

1. Jenis penelitian menurut pendekatan kuantitatif
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Bila disederhanakan penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif secara mendalam dibagi menjadi: penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.
a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.
b. Penelitian inferensial
Penelitian inferensial melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja, dan diupayakan bersifat umum.
            D. Jenis Penelitian Menurut Desain dan Bobot Penelitian
1. Penelitian Historis (historical research)
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah;
a. Penelitian historis lebih bergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
b. Berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat sebelah.
c. “Penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan.
d. Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”.
e. Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas.
2. Penelitian Deskriptif (descriptive research)
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Beberapa contoh penelitian macam ini adalah:
a. Survei mengenai pendapat umum untuk menilai sikap para pemilih terhadap rencana perubahan tahun pelajaran.
b. Survei dalam suatu daerah mengenai kebutuhan akan pendidikan keterampilan.
c. Studi mengenai kebutuhan tenaga kerja akademik pada suatu kurun waktu tertentu.
d. Penelitian mengenai taraf serap pelajar-pelajar SMA.

Macam-Macam Desain Penelitian :
1. Cross-sectional
Study cross-sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode (misalnya satu tahun kalender dilangsungkannya penelitian). Dalam rancangan studi cross-sectional, peneliti “memotret” frekuensi dan karakter penyakit serta paparan faktor penelitian pada satu saat tertentu.
a. Kelebihan :
Kelebihan dari studi ini adalah kemudahannya untuk dilakukan dan lebih murah karena tidak memerlukan follow-up.  Jika tujuan penelitiannya hanya untuk untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan paparan faktor-Faktor penelitian maka studi cross-sectional merupakan studi yang cocok, efisien dan cukup kuat dari segi epidemiologik. Selain itu, studi ini tidak “memaksa” subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan merugikan kesehatan (faktor resiko).
b. Kelemahan :
- Hubungan kausal sangat lemah karena data prevalensi
- Hasil penelitian sangat dipengaruhi kapan penelitian tersebut dilakukan, sangat mungkin bila penelitian di lain waktu hasilnya berbeda



2. Case Control / Restropective
Yaitu rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status  paparannya.
a. Kelebihan :
1. Sangat baik digunakan untuk meneliti kejadian jarang dalam masyarakat ataupun
penyakit yang masa latennya cukup lama.
2. Relatif lebih cepat dalam pelaksanaannya.
3. Biayanya relatip lebih murah.
4. Subyek untuk perbandingan tidak besar jumlahnya yang dibutuhkan.
5. Berbagai data/catatan/laporan yang sudah ada dapat digunakan sebagai bahan/sumber
keterangan tentang obyek yang diteliti.
6. Tidak banyak resiko/kesulitan yang dibebankan kepada subyek.
7. Memungkinkan untuk mempelajari atau mengamati berbagai jenis penyebab yang
potensial termasuk penyebab jamak dari suatu penyakit.
b. Kelemahan :
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
3. Study Cohort
Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami penyakit atau tidak.
a. Kelebihan :
1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti dengan akibat. Karena pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua subjek tidak berpenyakit.
2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada studi case control, sehingga perhitungan  rasio laju insidensi harus didekati dengan rasio odds.
3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan yang efisien adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan diperolehnya ukuran sample yang cukup untuk menguji hipotesis.
4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak.
5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.
b. Kelemahan :
1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi case control.
2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi.
3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau meninggal dan sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian. Jika subjek yang hilang cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu berkaitan dengan paparan dan penyakit yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-up.
4. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka studi cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung.


OLEH :
KELOMPOK 9



WELLYANDI
ILZA EKA PUTRI
SHELLY RACHMADITA YULIANDARI


0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment