disusun oleh : stevan.upp
Tokoh-tokoh penting :
SEJARAH
PSIKOLOGI
1.
AKAR DARI
PSIKOLOGI
Psikologi
tertarik pada sifat manusia dan bagaimana fungsi dari manusia. Namun, psikologi
tidak berarti satu-satunya bidang penyelidikan yang mencari jawaban atas
teka-teki dari sifat manusia. Akar psikologi dapat ditelusuri ke filsuf kuno
berdasarkan catatan awal mereka untuk memahami psikologi. Akar awal psikologi
modern dapat ditelusuri ke dua pendekatan yang berbeda untuk perilaku manusia:
filsafat dan fisiologi (lihat Gambar 1). Filsafat mengeksplorasi dan mencoba
untuk menjelaskan sifat manusia melalui introspeksi diri atau pemeriksaan salah
satu pengalaman. Melalui proses pertanyaan diri dan mengajukan pertanyaan lain,
filsuf telah berusaha untuk mengungkap bagaimana kita berpikir, bagaimana kita
belajar, bagaimana kita memperoleh pengetahuan dan bagaimana kita menggunakan
pengalaman kita. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan
melalui pengamatan sarjana Yunani awal berusaha untuk memahami cara kerja tubuh
manusia.
2.
SEJARAH
Sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum
Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang sebagai
kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri
jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di
benua Amerika.
2.1 Psikologi sebagai
bagian dari filsafat
Pendekatan
dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical
observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika,
meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective,
experimentation and observation, the real activity of living organism.
Pertanyaan utama yang selalu berulang :
Why do we behave as we do?
Why are we able to generate
reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal explanation adalah
indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusia Masa Pra
Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitif yaitu theological/animism :
atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia
adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka
tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara
menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Kejayaan
masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato,
Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa
Yunani Kuno).
Tokoh-tokoh
·
Socrates
Sering disebut sebagai filsuf
kontroversial, dangerous man for values of the day.
Faktanya : Tujuan utama Socrates
adalah quest for the nature of true virtue and goodness a moral philosopher,
“midfive” to knowledge of virtue
Typical Socratic Questions :
-
What is justice ?
-
What is beauty ?
-
What is courage ?
-
What is the good?
Virtue and knowledge sudah ada dalam
diri seseorang, manusia dpt melakukan penilaian ttg. Baik-buruk secara
intuitive meskipun mungkin tidak tahu mengapa, latent knowledge.
Action : pra-theory Contemplation,
explanation : theory, knowledge
Metode : Socratic, dialog, ‘bringing
it out of people rather than describing it to them’.
-
Sumbangan bagi Psikologi/Science
-
General definitions of virtues
-
Early techniques of psychotherapies
and depth intv
-
Scientific ethic : publish and
defend theories
·
Plato
Murid Socrates, berbeda dgn gurunya,
datang dari keluarga terpandang dan terpelajar.
Menciptakan bidang epistemology, the
study of knowledge, yang dalam psikologi berkembang menjadi psikologi kognitif.
What is knowledge? What is truth?
Knowledge
is true all times and in all places.
Kebenaran ada pada paparan Being,
tidak bisa ditemukan dalam materi dan penginderaan yang selalu berubah dalam
dunia materi. Observasi manusia tidak bisa dipercaya karena bersifat subyektif
dan tidak obyektif. Maka Plato tidak percaya pada persepsi dan penginderaan.
Knowledge
has to be rationally justifiable
Kebenaran ada pada dunia ide (the
Forms). Bentuk yang paling sempurna hanya ada pada ide, konsep yang terbentuk
dari hal nyata tidak pernah sempurna, mendekati ide selalu, misalnya, ide
tentang “lingkaran sempurna” hanya ada di benak kita dan semua lingkaran tidak
pernah mendekati sempurna. Karena hanya idelah yang bisa dibuktikan secara
rasional.
Dengan pandangan-pandangannya ini,
Plato dikenal sebagai seorang dualist, memisahkan antara dunia ide dan materi.
Why do we act as we do?
Selain sebagai seorang
epistemologist, Plato juga meneruskan tradisi gurunya sebagai seorang moral
philosopher. Fokus penggaliannya juga bergerak sekitar human motivation.
Plato mendefinisikan tiga tingkatan
soul :
-
rational soul : located in the head,
the highest level, perfect.
-
spirited soul : located in the
chest, noble things like glory and immortality of fame, capable of shame and
guilt
-
desiring soul: located in the belly
and below :irrational impulses, such as food, sex, desire for money.
Ketiga soul di atas yang mendorong
orang untuk bertingkah laku. Berdasarkan tingkatan ketiga soul di atas,
kelompok masyarakat terbagi atas tiga kelas juga.
Guardians : kelompok filsuf, rational soul, kelompok elit dan
berhak memerintah karena academic education dan innate greatness.
Auxiliaries : kelompok
tentara, tugas utama adalah membela negara dan menjaga kelancara administrasi
negara
Productive Class : kelompok
pekerja, pedagang, buruh. Didorong oleh impuls rasional. Bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sambil menyediakan jasa bagi kedua kelompok lainnya.
Kritik : dalam kenyataannya
penggambaran ketiga kelas ini sulit dipertanggungjawabkan konsistensinya,
misalnya kelompok productive dan auxiliaries juga memiliki kemampuan reason,
misalnya untuk kalkulasi dan perencanaan pekerjaannya.
Sumbangan bagi psikologi/science :
penekanannya pada rationalitas dan objektivitas dari pengetahuan/ilmu dapat
dikatakan meletakkan dasar pengetahuan alam (science) yang sampai sekarang
masih dianut. Pemahaman mengenai drives/needs yang mendorong perilaku manusia
adalah dasar bagi konsep motivasi dalam psikologi. Pembagian motivasi menjadi
dasar Freudian.
·
Aristoteles
Murid Plato, mendasarkan diri pada pandangan
gurunya, namun kemudian mengembangkan prinsip-prinsipnya sendiri.
Aristoteles adalah seorang
biologist, seorang yang sangat empiris, percaya pada hal-hal natural dan riil.
Tidak seperti Plato yang senang bergerak di bidang-bidang ideal, Aristoteles
adalah seorang yang down to earh.
Bagi Aristoteles, psikologi adalah
ilmu tentang soul. Soul menjadi bagian vital dari individu, menggerakkan,
mengarahkan perkembangan organisma, dan mengaktualisasikan organisma menjadi
eksistensinya yang sekarang. The soul is the form.
Dalam hal ini Aristoteles berbeda
pandangan dengan gurunya yang memisahkan idea (yang dalam konsepsi Aristoteles
dapat disamakan dengan soul) dan materi. Bagi Aristoteles, soul dan materi
tidak dapat dipisahkan. Materi tidak berarti tanpa soul.
Tidak semua benda di alam punya
soul, hanya organisma saja, yaitu nutritive soul, sensitive soul,rational
soul.
Struktur
dan Fungsi dari Rational/Human soul.
-
Perception-the starting point of knowledge-has
to do with form, not matter. Contoh : yang dilihat adalah lemari, bukan kayu.
-
The Special Senses, setiap indera memfokuskan diri
pada karakteristik khas dari suatu obyek. Bagi Aristoteles, indera kita
menangkap karakteristik tersebut dan mencatatnya dalam benak kita, seperti apa
adanya.
-
The Interior Senses, bagian
penginderaan yang terletak di dalam benak kita, tidak berhubungan dengan dunia
luar, namun masih memiliki kontak dengan pengalaman sensasi.
-
Common Sense, bagian yang
mengintegrasikan berbagai sensasi yang kita terima sehingga menjadi suatu
gambaran utuh dan terintegrasi mengenai dunia kita, terletak di hati. Common
sense dan imagination membentuk penilaian kita yang akhirnya membantu kita
menginterpretasikan pengalaman inderawi kita.
-
Memory, image yang utuh mengenai obyek
sampai ke memory dan disimpan di sana. Fungsi utama memory adalah
merepresentasikan kembali obyek tersebut, tanpa harus disertai kehadiran riil
dari obyek nyata tersebut. Juga menghasilkan judgement, perasaan suka/tidak
suka yang akhirnya akan mendorong munculnya perilaku.
-
Mind, bagian yang paling rational, hanya
dimiliki oleh manusia. Jadi pada binatang, informasi hanya sampai pada memory.
Mind berfungsi untuk membentuk abstraksi dari representasi-representasi obyek
yang sampai ke memory. Dengan kata lain, membentuk pengetahuan (knowledge).
Passive
mind adalah potensial, tidak memiliki karakter tersendiri. Apa yang
ada di dalamnya baru teraktualisasi menjadi pengetahuan melalui active
mind. Active mind bergerak mengolah isi dari passive mind, abadi,
dan kekal. Bagian ini tidak tergantung dari tubuh dan ada pada semua manusia.
Motivation
Dibedakan antara motivasi pada hewan (appetite) dan motivasi pada manusia (wish). Manusia mengerti baik-buruk jadi konflik motivasionalnya bersifat moral ethic, sementara hewan bersifat pleasurable.
Dibedakan antara motivasi pada hewan (appetite) dan motivasi pada manusia (wish). Manusia mengerti baik-buruk jadi konflik motivasionalnya bersifat moral ethic, sementara hewan bersifat pleasurable.
a)
Akhir masa Hellenistic
Pendekatan natural science dari
Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi
militer sampai ke daerah Timur.
Bersamaan dengan itu mulai juga
masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan
Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini
semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan
naturalisme.
b) Masa romawi
Ø
Konteks sosial :
-
Pemerintahan kekaisaran romawi yang
mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan
ketentraman sosial.
-
Pemikiran tentang manusia dan alam
menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik
pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk
memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
-
Ide-ide dan pemikiran tentang
manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Ø
Pengaruh bagi perkembangan pemikiran
tentang manusia:
Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih
terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual
religi masyarakat Romawi.
Fokus yang dibicarakan :
dikotomi
aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah
unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan
hanya bisa memberi reaksi.
dikotomi
passion – reason, manusia
dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari
cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari
kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
Pengaruh pada pemikiran tentang nilai moral.
Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi
berkembangnya kekristenan.
c) Pengaruh kekristenan
Ø
Konteks sosial :
-
masa penyebaran agama Kristen dengan
tokoh Yesus sebagai perwujudan "manusia sempurna" beserta perilakunya
yang harus jadi teladan.
-
paham Tritunggal yang mengandaikan
x=3x
-
gereja dan para ulamanya berperan
penting dalam masyarakat
-
peran gereja menjadi dominan dalam
perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar
belakang ulama.
-
secara gradual, gereja menjadi
penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide
yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja
dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka
muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir
secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Ø
Pengaruh pada pandangan mengenai
manusia :
-
Manusia bukan hanya physical being, tetapi
juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa
manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat
dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya
(iman).
-
Menempatkan ide Plato dalam konteks
kekristenan
-
Usaha untuk menjelaskan hubungan
antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus
dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Tokoh tokoh
·
St. Agustinus
-
Filsuf
pertama pada masa Kekristenan.
-
Tuhan adalah
kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image
dari Tuhan.
-
Pentingnya
eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat
dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan
natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia
dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan kebenaran.
Sumbangan
bagi psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk
melakukan transendensi.
-
Dalam
psikologi modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti
strukturalisme (teknik utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan
psikoanalisa.
·
Thomas Aquinas
-
Mentransformasikan
pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal
sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka
soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami
dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
-
Namun
demikian, banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai
kekuatan yang dapat mewujudkannya.
Sumbangan
bagi science/psikologi modern :
-
Pengubahan
mutlak dari Aristoteles’ natural science
-
Pengembangan
dualism
Sepanjang
masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas,
hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang
kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam
diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern
awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja
menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap
dijunjung sebagai otoritas tertinggi.
2.1.3
Masa Renaisans
Masa
ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan
bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman.
Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan
peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat.
Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan
filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang,
dikenal sebagai the age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat
tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa
Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness
menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi
atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan
lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks
histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth
dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa
kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
Masa
Renaissance diikuti oleh masa reformasi dari Luther dalam agama Kristen, yang
memiliki dua arti penting. Pertama, reformasi Luther semakin melemahkan
pengaruh gereja dan mendukung kemandirian manusia dalam mengelola imannya
kepada Tuhan. Kedua dengan peperangan yang ditimbulkan reformasi, terungkap
pula sisi negative dari kemanusiaan seperti penindasan, penderitaan, dan rasa tidak
berdaya manusia.
Pengaruh pada psikologi
a. Sebagai
bagian dari ilmu filsafat
Pemikiran
tentang manusia mau tidak mau ikut terpengaruh, meskipun demikian psikologi
belum siap menjadi ilmu yang empiris karena diskusi tentang aktivitas manusia
belum tuntas : apa yang menjadi obyek studi psikologi ? Oleh karena itu diskusi
di masa ini terfokus pada hubungan soul-body dan bagaimana pengaruhnya dalam
aktivitas manusia. Pandangan dua tokoh utama :
·
Rene Descartes (1596-1650)
-
Menekankan pada pentingnya self-awareness terhadap
pengalaman kita, cogito ergo sum. Descartes menjadi filsuf pertama yang
menekankan kekuatan faktor internal manusia sebagai satu-satunya kekuatan yang
dapat dipercaya, dibandingkan dengan faktor eksternal. Ide-ide spritual,
pemahaman tentang dimenasi waktu dan ruang, semua bersumber dari kekuatan
internal, berbeda dari tradisi berpikir filsuf sebelumnya yang menganggap
pemikiran ini berasal dari lingkungan eksternal.
-
Ide tentang soul-body melahirkan Cartesian dualismyang
sangat populer dan digunakan oleh para filsuf lainnya juga :
o Soul (dinyatakan dalam mind): sebuah entity yang berbeda dan
terpisah dari body, lebih mudah dipahami oleh manusia karena ada proses self
reflection/self awareness yang diasumsikan inherent pada manusia.
o Body : entity fisik pada manusia yang tunduk pada prinsip
mekanisme fisiologis, sama seperti yang terjadi pada hewan. Namun pada manusia,
aktivitas fisik tunduk pada perintah mind.
-
Dengan demikian faktor mind-lah
(kemampuan untuk self-reflection) yang membedakan manusia dari binatang dan
menjadikannya makhluk yang secara intelektual lebih unggul.
Hubungan antara mind-body bersifat psychophysical yang
berpusat pada kelenjar pineal. Proses badaniah dipelajari dalam bidang
fisiologis dan aspek mind dipelajari oleh psikologi. Descartes menjadi filsuf
modern pertama yang mendefiniskan obyek studi psikologi sebagai mind.
·
Gottfried Wilhelm von Leibnitz (1646 – 1716).
-
Berasal dari Jerman. Tradisi
filsafat Jerman sifatnya memandang proses mental secara lebih aktif. Body and
soul tidak dipandang sebagai dualism, tetapi lebih dipandang sebagai aspek yang
integratif dari aktivitas manusia. Mind memiliki unsur inherent yang dinamis,
yang memungkinkannya berperan aktif terhadap lingkungan.
-
Pandangan yang lebih aktif ini tidak
lepas dari konteks politis Jerman pada masa itu yang lebih bergejolak
dibandingkan Inggris, dimana masih terjadi konflik antar agama yang disertai
juga dengan konflik regional (Perang 30 tahun).
-
Leibnitz : “ Nothing is in the
intellect that has not been in the senses, except the intellect itself”.
Mind memiliki prinsip dan kategorinnya sendiri yang sifatnya innate dan
esensial untuk pemahaman. Idea sifatnya innate, maka proses berpikir adalah
proses yang terjadi tanpa henti , ada dimensi sadar dan tidak sadarnya.
-
Konsep monad sebagai energi
pendorong pada setiap makhluk. Yang juga akan menentukan keunikan individu.
Pada manusia, monad ini adalah mind.
b.
Usaha untuk menjadikan pengetahuan mengenai manusia menjadi empiris:
menguatkan warna ‘natural science’ dari studi mengenai
manusia. Pandangan seperti ini dipegang oleh aliran empiricism.
Pandangan utamanya :
-
Pengetahuan berasal dari pengalaman.
Tidak mengakui adanya pengetahuan yang sifatnya bawaan. Diwakili oleh pandangan
Locke tentang tabula rasa – manusia lahir bersih seperti tabula rasa dan
pembentukannya tergantung banyaknya isi tabula rasa tsb.
-
Pengalaman bersumber pada pengolahan
manusia, mulai dari pengolahan yang sederhana seperti sensasi (Locke), persepsi
sebagai satu-satunya proses pengolahan (Berkeley) hingga yang lebih kompleks
dan mendalam seperti refleksi.
-
Pengetahuan yang diperoleh dari
pengolahan sederhana juga lebih sederhana namun lebih obyektif daripada
pengetahuan yang diperoleh melalui proses mendalam. Penyebabnya adalah semakin
sederhana, semakin sedikit melibatkan unsur subyektifitas manusia.
-
Mulai memikirkan tentang hukum-hukum
asosiasi, misalnya contiguity dan similarity (Locke,Berkeley, Hume) dan
cause-effect (Hume).
-
Mind diakui keberadaannya namun berbeda
dari satu orang ke orang lain, karena isinya ditentukan oleh pengalaman org
tsb.
-
Perbedaan intensitas dalam
obyektifitas, mulai dari pandangan yang hanya mengakui keberadaan dunia riil
(Locke) hingga yang lebih subyektif (Berkeley dengan pandangan Tuhan sebagai
sumber data dan Hume dengan penekanan pada manusia).
-
Sumbangan utama pada psikologi :
pengakuan adanya natural world and realistic world sehingga pengujian empiris
menjadi penting, pengakuan pentingnya unsur pengalaman/lingkungan.
Tokoh-tokoh
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
·
Thomas
Hobbes (1588 – 1679)
-
Filsuf ini berasal dari Inggris.
Pada masanya Inggris sedang mengalami titik puncak di bidang politik dan
ekonomi, muncul sebagai kekuatan nasionalis dominan di Eropa dan menguasai
dunia dengan kolonisasinya. Oleh karena itu pemikiran tentang politik
berkembang subur di Inggris.
-
Seorang empiris sejati, menyatakan
bahwa segala yang eksis dapat diamati, konsep matter and motion.
-
Mind membentuk knowledge melalui
asosiasi.. Sensasi yang dirasakan melalui pengalaman manusia diasosiasikan dan
membentuk pengetahuan.
·
John
Locke (1632-1704).
-
Berasal dari negara dan konteks
sosial yg sama dengan Hobbes. Juga seorang empiris yang cukup berpengaruh pada
jamannya. Sebagai seorang filsuf ia juga terlibat secara aktif dalam politik.
-
Hubungan soul-body : There is
nothing in the mind that was not first in the senses. Faktor eksternal
lebih kuat daripada faktor internal. Dikuatkan pula dengan teori tabula rasanya.
-
Sensasi-self reflection-ideas.
Meskipun pada awalnya mind dikembangkan melalui unsur badaniah, namun kualitas
mind penting bagi Locke. Dua mekanisme mental yang penting : asosiasi dan
self-reflection.
George Berkeley (1685 – 1753).
-
Mengkritik tajam Locke, memiliki
pandangan yang bertentangan dengan Locke. Seolah-olah realitas muncul dari
konteks badaniah. Menurut Berkeley realitas muncul dari persepsi kita yang
didorong oleh prinsip asosiasi. Jadi mind mendominasi body (seperti Descartes).
c.
Asosiasionisme:
-
Merupkan aliran yang berkembang dari
empirism. Sumber pengetahuan masih sekitar ide dan sensasi (James Mill).
-
Para ahli di bidang ini menekankan
pada prinsip asosiasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi
dari mind adalah pengalaman yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap
rangsang lingkungan. Pemikiran tentang asosiasi ini terutama berkembang di
Inggris dan awal bagi penekanan pada belajar dan memori.
-
Penjelasan asosiasi berfokus pada
penemuan hukum-hukum asosiasi, seperti law of contiguity-informasi yang muncul
bersamaan secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu
pengetahuan (Hartley, James Mill), law of similarity- informasi yang sama akan
dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari elemen dasar yang membentuk
sesuatu yang berbeda dari masing=masing elemennya (John S. Mills) . Pada
intinya, penginderaan dan feelings dapat membentuk satu keterkaitan dan masuk
bersama ke dalam mind sebagai satu pengetahuan, sehingga apabila salah satu
muncul yang lain akan ikut dimunculkan (Bain)
-
Inisiatif untuk menjelaskan proses
asosiasi melalui proses fisiologis, penggambaran proses neurologis otak dan
refleks syaraf, menjadi pelopor untuk physiological psychology (cth. Hartley,
Bain).
2.2 Psikologi sebagai bagian
dari ilmu faal
Psikologi sebagai bagian dari ilmu
faal muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science) .
Pada fase ini pemikiran tentang manusia terus berkembang dan banyak dilakukan
eksplorasi fisiologis manusia secara empiris.
Pada fase inilah mulai ada jawaban
yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa
lalu:
Apa itu jiwa (soul)?
Bagaimana bentuk konkritnya?
Bagaimana mengukurnya?
Bagaimana hubungan body-soul ?
Konteks keilmuan abad 19 :
-
Riset empirik yang banyak dilakukan
pada bidang fisiologis mencakup : aktivitas syaraf, sensasi/penginderaan, dan
fisiologis otak. Hasil riset pada ketiga bidang ini sangat signifikan membuka
wawasan mengenai manusia sehingga memperkuat pandangan para ilmuwan saat itu
akan pentingnya strategi empiris yang sistematis dalam setiap bidang keilmuan.
-
Bagi psikologi hasil-hasil ini
memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi operasi-operasi mental.
Penting untuk memahami secara logis dan empiris mengenai aktivitas mental itu
sendiri
-
Menjelaskan posisi ilmu psikologi
modern yang dekat dengan bidang kedokteran dan psikiatri.
Francis Bacon (1561-1626)
-
Menganjurkan metode induktif sebagai
metode utama dalam science karena berangkat dari hasil observasi terhadap
sesuatu yang nyata. Dengan demikian ia menantang pendapat Aristoteles dan the
Scholastic bahwa metode deduktif – induktif sama kuatnya.
-
Dalam konteks seperti di ataslah
dikatakan bahwa Bacon ‘tidak setuju’ dengan rasionalisme yang spekulatif,
meskipun idenya sendiri juga sangat rasional.
-
Dengan kembali pada fakta yang
nyata, Bacon berharap science dapat terbebas dari prinsip-prinsip yang
spekulatif namun selama ini sangat kuat dipegang
Ada 3 pergerakan utama di bidang
science yang mempengaruhi berdirinya psikologi sebagai ilmu mandiri dan
bagaiamana perkembangan disiplin ilmu itu di abad 20 :
1. Fisiologis
Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset
di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris bagi
fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya
dianggap sangat abstrak.
Ilmu
terkait pada masa itu
Ø Craniology
Pengukuran
tengkorak adalah pengukuran fitur kranial untuk mengklasifikasikan orang
menurut ras, temperamen kriminal, intelijen, dll Asumsi yang mendasari
pengukuran tengkorak adalah bahwa ukuran tengkorak dan bentuk menentukan ukuran
otak yang menentukan hal-hal seperti kecerdasan dan kapasitas untuk perilaku
moral. Bukti empiris untuk asumsi ini tidak sangat kuat. Fakta ini tidak
menghalangi kecil berkepala orang mengklaim mereka adalah anggota dari ras
unggul atau jenis kelamin karena ukuran kepala kelompok mereka ras atau jenis
kelamin lebih besar daripada rata-rata ukuran kepala beberapa kelompok ras atau
jenis kelamin lainnya. Sebagai anggota ras superior dan gender, ini kecil
berkepala alasan orang bahwa mereka juga, harus lebih unggul semua anggota ras
rendah daripada mereka sendiri dan semua anggota jenis kelamin lainnya. Dalam
logika, ini disebut kesalahan dari divisi: penalaran bahwa apa yang benar dari
keseluruhan atau kelompok juga harus benar dari bagian atau anggota kelompok.
Pada abad ke-19,
yang digunakan British pengukuran tengkorak untuk membenarkan kebijakan rasis
terhadap Irlandia dan Afrika hitam, yang oleh Inggris dianggap berkelas rendah.
Tengkorak Irlandia dikatakan memiliki bentuk Cro-Magnon laki-laki dan yang
mirip dengan kera, bukti inferioritas mereka bersama dengan hitam Afrika. Di
Prancis, Paul Broca menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah dibanding
laki-laki karena tengkorak mereka lebih kecil. Dia menentang pendidikan tinggi
bagi perempuan karena otak mereka yang kecil tidak bisa menangani tuntutan.
Pada abad ke-20,
Nazi menggunakan pengukuran tengkorak dan antropometri untuk membedakan Arya dari
non-Arya. Para Belgia tersebut digunakan pseudosciences, antara lain, untuk
membedakan dari Hutu Tutsi di Rwanda. "Pada tahun 1930, Belgia yang
dibutuhkan semua orang [di Rwanda] untuk mulai membawa kartu identitas
mengelompokkan diri mereka sebagai Hutu atau Tutsi, sehingga nyata meningkatkan
perbedaan etnis yang sudah ada" (Diamond 2005: 314).
"Antropolog
forensik percaya bahwa dengan mengambil beberapa 90 pengukuran tengkorak mereka
dengan benar dapat menetapkan benua pemiliknya asal - secara umum, ras,
meskipun antropolog banyak memilih untuk tidak menggunakan istilah itu - dengan
akurasi 80 persen" (Wade 2002).
The craniometer pertama diciptakan oleh Augustus Rivers Pitt
(1827-1900), seorang arkeolog. Dia menemukan perangkat
untuk membuat pengukuran yang tepat dari
tengkorak manusia.
Ø Pshysiognomy
adalah ilmu firasat wajah atau ilmu
membaca karakter seseorang lewat wajah. Dalam ilmu fisiognomi Wajah dipakai
sebagai pedoman di fisiognomi karena wajah merupakan organ tubuh yang biasanya tidak
tertutup. Selain itu untuk melihat wajah seseorang, kita tidak perlu
meminta izin kepada yang bersangkutan. Secara sederhana wajah bisa dilihat dari
foto atau berhadapan secara langsung.
Membaca wajah,
fisiognomi atau personology dapat didefinisikan sebagai hubungan antara
ciri-ciri fisik seseorang dan perilaku naluriah seseorang, kepribadian,
karakter, kemampuan dan potensi, berdasarkan cetak biru genetik kita dan
proporsi sel fisik neurologis. Dr Edward Vincent Jones, seorang Hakim Pengadilan
California Superior, ditemukan kembali dan mengembangkan teknik ini selama
tahun 1930-an. Setelah menghadapi ratusan orang selama bertahun-tahun di bangku
ia melihat pola antara karakteristik wajah tertentu dan perilaku. Dia mulai
menyusun daftar sifat-sifat fisik dan cocok mereka untuk ciri-ciri perilaku
yang diharapkan, pada akhirnya hanya menerima mereka yang dipamerkan 92% + skor
akurasi. Setelah bertahun-tahun keterampilan di menilai karakter menjadi
legendaris dan ia akhirnya mulai memberikan kelas dalam apa yang disebutnya,
Personology. Dr Jones percaya bahwa pengaruh genetik dari orang tua pada saat
pembuahan mungkin tidak sama dan bahwa keturunannya akan lebih dari mungkin
menunjukkan sifat-sifat yang lebih dari orang tua yang dominan atau lebih
konstitusional suara.
Sejarah fisiognomi sebenarnya akan kembali jauh lebih banyak
dari ini.
Pikiran Hippocrates, Pythagorus, Aristoteles dan Plato. Hippocrates
menggunakan prinsip-prinsip fisiognomi untuk membantu dalam diagnosis nya dengan
mempertimbangkan kemungkinan kondisi penyebab emosional pasiennya. Sejarah Cina dan India awal mengacu
pada membaca wajah, seperti halnya tulisan Romawi,
orang-orang Arab dan Yahudi (Zohar khususnya). Kemudian
lagi selama periode Renaissance Eropa satu
dapat merujuk kepada Leonardo da
Vinci, Michelangelo, Sir Francis Bacon,
Shakespeare, Raleigh dan Descartes untuk
beberapa nama.
Dr Franz Joseph Gall,
universal dianggap sebagai 'bapak penelitian otak', adalah yang pertama dalam beberapa kali
(1800) untuk mempublikasikan makalah
ilmiah tentang pentingnya proporsi sel untuk naluriah
ciri-ciri perilaku manusia. Namun, seratus tahun
kemudian teori-teori Freud benar-benar
mengubah cara orang dilihat
satu sama lain dan pada saat itu,
pemahaman tentang sifat manusia cukup banyak menjadi ranah
tunggal analis profesional.
Personology menghilang dari adegan selama Perang Dunia
Kedua. Setelah itu 'behaviorisme'
datang ke depan, mempertahankan bahwa orang hanyalah produk
dari lingkungan mereka dan pendingin.
Tokoh-tokoh penting :
·
Charles Bell-Francoise Magendie :
fakta bahwa syaraf sensoris dan motorik beroperasi secara terpisah dan searah.
Mengikis anggapan bahwa syaraf manusia mencover keduanya, mengkomunikasikan
informasi motorik kepada urat syaraf melalui ‘getaran’ yang diperoleh dari
informasi sensoris.
·
Johannes Mueller : lebih menekankan
pada proses transmisi syaraf. Doctrine of Specific Nerve Energies : transmisi
syaraf adalah proses yang menjembatani antara sensed object dengan mind. Maka
awareness manusia, bukan semata-mata disebabkan oleh objek tertentu, juga bukan
karena jiwa, tapi diperantarai oleh proses transmisi syaraf. Pandangan ini
melengkapi penjelasan ttg peran mind dan consciousness (cogito ergo sum) dan
menjadi dasar bagi penelitian mengenai lokasi spesifik dari fungsi tertentu di
otak.
·
Marshall Hall : refleks dikomandoi
oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan bukan syaraf batang otak.
Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4 kelompok : voluntary movement,
respiratory movement, involuntary movement, dan refleks. Pandangannya ini
memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat relevan bagi perkembangan
psikologi.
·
Paul Broca (1824 – 1880), menemukan
pusat Broca yang mengendalikan aktivitas bicara. Ia merupakan tokoh penting
dalam studi fisiologis otak. Studi ini berkembang dari phrenology (Gall &
Spurzheim), satu-satunya pendekatan yang waktu itu berfokus pada otak . Fokus
utama dari eksplorasi fisiologis otak adalah untuk menemukan lokasi fisiologis
dari bagian-bagian mental, bagian tertentu dari otak yang merupakan central
dari aktivitas mental manusia.
·
Pierre Flourens (1794-1867), mencoba
pendekatan dengan bukti non-pathological (melengkapi Broca), menemukan
pusat-pusat penting dari otak yaitu :
o Cerebral hemisphere : willing, judging, memory, seeing, and
hearing
o Cerebellum : motor coordination
o Medulla oblongata: mediation of sensory and motor function
o Corpora quadrigemina : vision
o Spinal cord : conduction
o Nerves : excitation
·Para
ahli yang bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha
menguraikan anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman
psikologis yang dihasilkan berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas
Young (1773-1829) : trichromatic theory, Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan
sistematis antara struktur mata dan syaraf ke otak untuk menjelaskan perceptual
error.
2. Psikofisiologis
Psychophysics, adalah bagian dari disiplin ilmu fisiologi yang
memfokuskan pada subjective experience dalam mempelajari hubungan antara
stimulus fisik dan sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh pancaindera manusia
dipandang sebagai refleksi hubungan soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan
dari sudut anatomi atau fisik saja. Psychophysics merupakan tahap transisi yang
krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan psikologi sebagai
sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para tokoh psychophysics dapat dianggap
sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh
penting :
·
Gustav Theodor Fechner : hubungan antara sensasi dan
persepsi, menganggap psikofisik sebagai sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan
hubungan antara body and mind. Ia tidak setuju dengan materialism, yaitu bahwa
mind harus selalu diwujudkan dalam bentuk nyata baru bisa diteliti, sebaliknya
ia berpegang pada tradisi pemikiran Jerman dimana mind diangagp sebagai sesuatu
yang aktif dan memiliki struktur secara mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris
tentang mind dimana meningkatnya bodily and sensory stimulations dianggap
sebagai indicator atau measurement untuk intensitas pengalaman mental.
Konsep utama : ambang atau threshold. (absolute threshold, just
noticeable threshold).
·
Hermann von Helmholtz (1821-1894)
Seorang pelopor psikologi eksperimen, banyak menggunakan waktu reaksi
dalam penelitiannya, merupakan sesuatu yang masih banyak digunakan dalam psi
eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious inference : penyimpulan hasil persepsi manusia
diperoleh berdasarkan proses yang berulang sehingga akhirnya menjadi sesuatu
yang tidak disadari ,‘irresisitible’, sekali terbentuk sulit secara sadar untuk
dimodifikasi, dan digeneralisasi kepada stimulus yang mirip di lingkungan.
Konsep penting lain : unbewusster schluss
Para tokoh psychophysics menunjukkan
area studi yang tidak dengan mudah diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis,
atau filosofi. Area studi inilah yang berkembang menjadi obyek studi psikologi.
3. Evolusi
Evolusi, yang
dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882) merupakan titik penting dalam
pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan manusia
merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam, manusia bukan
secara spesial diciptakan dan dengan demikian perbedaannya dengan makhluk lain
hanya bersifat gradual, bukan kualitas. Pandangan ini penting dan relevan
sekali bagi perkembangan psikologi, terutama memberikan ide mengenai individual
difference, perbedaan antar individu juga sifatnya hanya gradual, bukan
kualitas.
Tokoh penting :
Francis Galton (1822 –
1911) : dikenal sebagai bapak psikologi eksperimental Inggris. Menampilkan
aspek praktikal dan kegunaan dari teori evolusi Darwin, mentransfer teori
Darwin dari konteks biologis ke dalam konteks perbaikan dalam masyarakat.
2.3 Psikologi sebagai ilmu
yang mandiri
Konteks sosial dan
intelektual
·
Pada
akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah secara
mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa
sudah ‘siap’ untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri
dan formal.
·
Tanah
kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak
dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman dan orientasi intelektual Wilhelm
Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin
ilmu.
a.
Konteks sosial Jerman
Konteks ilmiah Jerman pada abad 19
ditandai dengan mulai berdirinya institusi universitas dengan misinya untuk
membentuk manusia berkualitas (berbudaya dan memiliki integritas) dan penyedia
tenaga kerja yang professional.
Ilmu psikologi didefinisikan sebagai
disiplin ilmu yang menyumbang pada pembentukan Bildungsburger, culturally
educated citizens. Maka psikologi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
kualitas manusia ideal Jerman. Sebagai sebuah ilmu yang hubungannya paling
dekat dan paling langsung dengan manusia, psikologi berada di antara dua
kepentingan : hubungannya dengan ilmu-ilmu yang kongkrit dan aplikatif dan
hubungannya dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti filasafat, teologi.
Wundt sendiri menganggap psikologi
sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan berkembangnya karir pribadinya, ia
mulai menentukan batas-batas yang dapat dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu
alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar berpikir Wundt tentang psikologi
menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam dua kepentingan itu sendiri.
Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri dari elemen-elemen. Namun
elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih besar melalui human will.
b.
Riwayat
dan pemikiran Wundt.
Wilhelm Wundt
(1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual.
Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang
kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di
bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von
Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini adalah Grundzuege der
Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada
tahun 1873-1874.
Wundt memperoleh posisi
sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan
Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai
berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya
laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah
usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan
secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat
sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Selama di Leipzing,
Wundt adalah seorang pengajar yang sangat produktif, membimbing 200 mahasiswa
disertasi, mengajar lebih dari 24.000 mahasisiwa, serta menulis secara
teratur.Pada tahun 1900 ia memulai karya besarnya, Voelkerpsychologie,
yang baru diakhirinya pada tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi
pemikirannya tentang sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam
society, tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan
sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas
beberapa point penting:
·
Adanya
‘an alliance between two science’, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi
adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita
persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang
memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya
sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran
penting:
o Secara
metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di
bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu
reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang
ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen
lebih ‘layak’ digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan,
yaitu ‘introspection’. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada
observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara
usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses
mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau
obyek yang koheren.
o Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih
terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural science. Ilmu psikologi yang
secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini mendapat justifikasinya selama
elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya
susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi
mental ke dalam operasi neurologis.
o Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan
kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam
khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang mandiri
·
Pandangan
tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.
·
Pemahaman
Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu “..as the study of the mind and
the search for the laws that govern it..” (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian,
pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup
mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan
intelektualitasnya.
Pada
awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran /
unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen
adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness)kepada
proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara
untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang
obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode
eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali
elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas
fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi
(higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental
process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah
peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap
ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses
ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the mind’.
Research Method
for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya.
Idenya tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses
intelektualnya.
Metode yang pertama
kali dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis
adalah eksperimental self-observation/introspection,
pengembangan dari metode perenungan (armchair subjective introspection)
yang sering dipakai dalam filsafat. Metode ini dilakukan oleh Wundt dg cara
sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi. Metode ini dilakukan di bawah
pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang terlatih. Subyek dimasukkan ke
dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta melaporkan secara sistematis
pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut. Eksperimenter mencatat hasil
ini secara mendetil.
Metode eksperimental
introspection di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam
penelitian-penelitiannya pada masa ia memahami mind sbagai studi yang mencakup
unconsciousness. Metode ini dianggap lebih unggul daripada introspeksi yang
tradisional (armchair introspection) karena lebih mampu menjangkau tahap
unconsciousness daripada yang terakhir.Selain eksperimental introspection,
Wundt menemukan metode lain, yaitu comparative-psychological dan historical-psychological.
Metode eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang
normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan kejiwaaan
dilakukan comparative-psychological guna melihat perbedaan mental
mereka. Sedangkan historical-psychological adalah metode untuk melihat
perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan yang berbeda. Sebagai seorang
yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt percaya bahwa perkembangan psikologis
individu dapat dipelajari dengan cara melihat sejarah perkembangan manusia itu
sendiri. Pada saat pandangan Wundt tentang mind terfokus pada level kesadaran,
metode introspection mulai dibatasi penggunaannya, dan Wundt beralih pada
metode eksperimen laboratorium modern, dimana yang dipentingkan adalah
kemungkinan duplikasi yang eksak.
Fokus studi Wundt dapat
dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan
Voelkerpsychologie.
Principles of
Physiological Psychology, dalam karyanya ini
Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan
abnormalitas kesadaran.
Hasil
eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana
yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna
akan lebih diingat daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari
kesadaran manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception,
suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu
kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi :
o Pleasant vs
unpleasant
o High vs low
arousal
o Concentrated vs
relaxed attention
Teori
ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat
kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun melalui
diskusi-disksui dengan para psikiater terkenal masa itu, Kretschmer dan
Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya kontrol appersepsi
dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir hanya bersifat
rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol.
Voelkerpsychologie, adalah karyanya yang berfokus pada metode historical psychological.
Mind individu adalah hasil dari sebuah perkembangan species yang panjang. Maka
usaha untuk memahami perkembangan mind harus dilakukan dengan cara menjajagi
perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah adalah cara untuk sampai pada
psikologi manusia secara intuitif.
Dalam
eksplorasi sejarah perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan
sistematis tentang perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini dianggap
sebagai prestasi besar dalam dunia psikologi dan meletakkan dasar bagi bidang
psikolinguistik. Wundt memandang bahasa dalam dua seginya, dari aspek
linguistik dan aspek kognitif. Bahasa menggambarkan bagaiamana proses kognitif
berjalan dan menggambarkan juga tingkat abstraksi individu.
Jasa utama Wundt dalam
bidang psikologi adalah usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi
sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan
lama dan bahkan murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya. Dalam
konteks perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt lebih tepat
dianggap sebagai seorang figur transisi yang menjembatani aspek filosofis dari
psikologi di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari psikologi
di masa depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi
ke dua arah tsb : natural science dan applied science.
c. Strukturalisme: E.B.
Titchener
E.B. Titchener adalah salah satu murid Wundt yang dianggap paling
mendukung pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak pandangan Wundt yang
ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan alirannya sendiri, structural
psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia belajar di Oxford dalam bidang
filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi. Berdasarkan pengalamannya
menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa Inggris, Titchener tertarik pada
ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk menjadi murid Wundt. Setelah menempuh
pendidikan di bawah Wundt dan sempat mengajar sebentar di Inggris, Wundt pindah
ke Amerika, mengajar di Cornell University hingga akhir hayatnya di tahun 1927.
Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural psychology yang dijalaninya
menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya yang khas Amerika, seperti
fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener tidak terpengaruh kepada dua
aliran besar tsb dan tetap berpegang pada strukturalisme hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada konsep utama Titchener,
yaitu sensation. Konsep utama ini membawanya kepada
pertentangan dengan Wundt dan konsep apperceptionnya. Berbeda dengan apperception
yang merupakan hasil kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas,
sensation adalah hasil pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula
proses atensi yang menjadi fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda
sensasi menurut Titchener
Tiga
pemikiran utama strukturalisme Titchener:
·
Identifikasi
elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat
direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan
30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode
experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang
dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih
elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang
retrospektif.
·
Identifikasi
bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi,
ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah
sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.
·
Menjelaskan
bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses
psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus
dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena
proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis.
Aliran
strukturalisme tidak berkembang menjadi aliran yang besar. Aliran ini
menghilang bersamaan dengan wafatnya Titchener.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Rahman al
Naqib (1993). Ibn Sina. Prospects: The Quarterly Review of Comparative
Education. XXIII, 1 &2. vol. 93. 53-69.
Gould,
Stephen J. "American Polygeny and Craniometry Before Darwin: Blacks and
Indians as Separate, Inferior Species," in Harding, Racial Economy of
Science, pp. 84-115.
History of
Psychology: A TimeLine of psychological ideas (2006). Marcos Emanoel Pereira
Universidade Federal da Bahia, Brazil.
Hunt, M. (1993). The
Story of Psychology, New York: MacMillan.
Wade,
Nicholas. 2002. "A New Look at Old Data May Discredit a Theory on
Race," New York Times, October 8.
websites
Does Brain size matter? A Reply to Rushton and Ankney by Michael Peters
The Great Starvation as Opportunistic Genocide By Seamus Metress Professor of Anthropology The University
of Toledo
0 komentar:
Posting Komentar