Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 07 Desember 2011

Komunikasi Organisasi


KOMUNIKASI ORGANISASI
A.      Tindakan Rasional
Max Weber adalah pemikir yang memberikan perhatian sangat besar pada bagaimana manusia bertindak secara rasional untuk mencapai tujuan.  Teori yang dikemukakan Weber memberikan suatu gagasan yang mewakili gagasan klasik mengenai struktur organisasi yang bersifat hierarkis dan dikontrol aturan. Teori Weber tidak secara khusus membahas mengenai komunikasi, namun pandangan Weber mampu meletakkan dasar-dasar asumsi yang sangat kuat dan mempengaruhi para ahli teori komunikasi dalam menggambarkan atau menjelaskan mengenai komunikasi dalam organisasi.
Weber mendefinisikan organisasi sebagai suatu system kegiatan interpersonal bertujuan yang dirancang untuk mengkoordinasikan tugas individu. Perbedaan antara organisasi dan kelompok terletak pada adanya birokrasi. Organisasi memiliki system yang mengatur yaitu birokrasi. Pemikiran Weber mengenai birokratis bertujuan untuk menemukan cara-cara berperilaku yang menghindari korupsi, ketidakadilan dan nepotisme yang menjadi ciri dari kebanyakan organisasi yang ada. Birokrasi juga dinilai berhasil memperkenalkan konsep-konsep seperti keadilan dan kesempatan yang sama sehingga memberikan efek mendalam kepada struktur sosial di banyak Negara.

B.      Birokrasi Nasional
Tiga factor yang harus dimiliki organisasi untuk mewujudkan birokrasi nasional, yaitu :
1.       Otoritas atau Kewenangan
Otoritas muncul bersama-sama dengan kekuasaan, tetapi pada organisasi, otoritas harus sah yang berartu pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal oleh organisasi. Efektifitas organisasi bergantung pada seberapa besar manajemen menerima “kekuasaan sah” dari organisasi. Menurut Weber, cara terbaik untuk mengelola kewenangan legal rasional adalah melalui hierarki, dengan kata lain atasan memiliki atasan lagi, begitu seterusnya. Hierarki diatur melalui aturan-aturan dalam organisasi.

2.       Spesialisasi
Spesialisasi berarti sejumlah individu dibagi menurut pembagian pekerjaan, dan mereka mengetahui pekerjaan mereka masing-masing dalam organisasi. Weber menyatakan bahwa spesialisasi adalah hal penting bagi birokrasi yang rasional dan garis batas yang jelas dan tegas yang memisahkan satu fungsi bagian dengan bagian lainnya dalam organisasi harus dinyatakan dengan aturan dan prosedur yang jelas.

3.       Peraturan
Menurut Weber, aturan organisasi haruslah rasional yang berarti bahwa aturan dirancang untuk mencapai tujuan organisasi, dan supaya organisasi dapat mengikuti segala hal  yang terjadi maka setiap kegiatan operasional organisasi perlu dicatat, dan catatan dipelihara dengan hati-hati agar aturan dapat dievaluasi.

Weber berargumentasi bahwa birokrasi rasional hanya dapat dijalankan dengan menempatkan manager, yaitu orang-orang yang terpilih dan terlatih di bidangnya masing-masing, pada seluruh tingkatan.. untuk memasyikan bahwa manajemen dibentuk berdasarkan keahlian maka penunjukkan atau penugasan serta promosi jabatan harus berdasarkan pada keunggulan atau kelebihan seseorang dan bukan berdasarkan kesukaan semata dan menjadikan pekerjaan sebagai karier utama. Webwer berupaya mengidentifikasi cara terbaik bagi organisasi dalam mengelola kompleksitas kerja sejumlah individu yang memiliki satu tujuan yang sama. Model birokrasi sebagaimana yang dikemukakan Weber tersebut menggambarkan dengan baik perumpamaan organisasi sebagai suatu mesin. Odel birokrasi Weber ini memiliki pandangan dari atas ke bawah terhadap organisasi dan bersifat mekanis mengenai bagaimana organisasi harus mengkoordinasikan kegiatannya untuk mencapai tujuan bersama. Teori birokrasi Weber menjelaskan struktur organisasi dimana orang-orang diletakkan pada suatu hierarki dimana mereka diberikan kewenangan dan peran tertentu yang menjadi anggota organisasi. Teori Weber sangat menekankan pada pandangan yang bersifat individualistic terhadap struktur. Struktur terbentuk karena adanya individu-individu.
  
C.      Kepemimpinan Organisasi
Rensis Likert, seorang ahli teori mengenai hubungan antar manusia, menhgajukan gagasan yang berbeda dengan Max Weber mengenai organisasi. Likert lebih memfokuskan perhatian pada anggota organisasi terkait dengan perasaan dan kebutuhan mereka. Pendekatan yang dilakukan Likert melihat pada hubungan antar manusia sebagai instrument manajemen. Ide dasar teori ini adalah bahwa jiwa pimpinan atau manager organisasi memiliki kepedulian dan memberikan dukungan kepada karyawan atau bawahan maka karyawan atau bawahan akan memilii motvasi kerja lebih besar sehingga menjadi lebih produktif.
Menurut Likert, bentuk organisasi yang dapat memanfaatkan secara maksimal sumber daya manusianya adalah organisasi yang memiliki berbagai kelompok kerja efektif yang saling berhubungan dalam suatu pola tumpang tindih dengan kelompok efektif sejenis lainnya. Departemen atau bagian yang efisien biasanya memiliki manager yang memberikan perhatian pada manusia, memusatkan perhatian pada aspek manusia dengan membentuk kelompok-kelompok kerja efektif untuk mengejar prestasi kerja tinggi.
1)      Gaya Manajemen
Likert menyatakan adanya system managemen yang utama yaitu :
System 1 :
Exploitative-otoritatif
·         Pada system ini manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman kepada bawahannya.
·         Pimpinan memutuskan segala persoalan tanpa meminta umpan balik dari bawahan.
·         Motivasi terbentuk karena adanya ancaman
·         Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dengan sebagian besar keputusan diambil oleh pimpinan
·         Rasa tangung jawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan hanya ada pada pimpinan sedangkan bawahan sama sekali tidak memiliki.

System 2:
Benevolen-otoritatif
·         Atasan dan bawahan sedikit sekali melakukan komunikasi
·         Motivasi kerja terbentuk jika ada penghargaan dan hadiah
·         Informasi dapat mengalir dari bawah ke atas namun terbatas pada hal-hal yang ingin didengar oleh atasan.
·         Pimpinan mengambil keputusan yang terkait dengan kebijakan tertentu namun mendelegasikan atau memberikan kewenangan kepada bawahan untuk mengambil jenis keputusan tertentu.
·         Rasa tagging jawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan hanya ada pada pimpinan dan manager tingkat menengah sedangkan bawahan sama sekali tidak memiliki.

System 3 :
Konsultatif
·         Pada system ini pimpinan berkonsultasi dengan karyawan atau bawahan namun pimpinan tetap memegang control perusahaan.
·         Pimpinan cukup memberikan kepercayaan pada bawahan walaupun belum sepenuhnya
·         Komunikasi mengalir baik secara vertical maupun horisontsal. Terdapat semangat kerja kelompok yang cukup memadai walaupun motivasi muncul berdasarkan penghargaan
·         Rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan sudah menjangkau manajer tingkat rendah.
System 4 :
Kelompok Partisipatif
·         Pimpinan memberikan peluang sepenuhnya kepada karyawan dalam proses pengambilan keputusan, terdapat kepercayaan besar kepada bawahan
·         Motivasi terbentuk karena adanya penghargaan ekonomi berdasarkan tujuan yang ditentukan bersama
·         Seluruh individu pada tingkatan memiliki rasa tanggung jawab yang ril untuk mencapai tujuan organisasi
·         Komunikasi berlangsung secara intensif dalam segala arah secara terbuka an terus terang serta hubungan atasan bawahan yang dekat.
·         Pengambilan keputusan melalui proses dalam kelompok, dan masing-masing kelompok terhubung satu sama lain melalui individu yang menjadi anggota dari dari beberapa kelompok.

System manajemen kelompok partisipatif dapat dianggap sebagai pilihan terbaik karena dapat menghasilkan rasa tanggung jawab dan motivasi yang tinggi bagi karyawan sehingga dapat menghasilkan kinerja organisasi yang tinggi.

2)      Peran Komunikasi
Pembagian system manajemen menurut Likert merupakan suatuvariabel penyebab karena system dipilih akan menyebabkan hasi yang berbeda-beda. Namun demikian, beberapa variable penyela tertentu memungkinkan terjadinya hubungan antara system manajemen dan akibat yang ditimbulkan. Likert memperlakukan komunikasi sebagai salah satu dari beberapa variable penyela.







DAFTAR PUSTAKA

M.A, Morrisan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia



Facebook comment