Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 21 September 2011

Berbicara Efektif


BERBICARA EFEKTIF

            Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak  secara lisan dengan cara yang mudah dimengerti oleh pendengarnya.

A.    Dasar – Dasar Berbicara efektif
                        Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri      dari tiga unsure pokok yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan dan     penutup.
1.      Pembukaan
            Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaa termasuk bagian penting karena turut menentukan sukses atau tidaknya suatu pembicaraan. Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50% ada ditangan pembicara. Sebaliknya, jika pembukaannya sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian pesan dapat dikatakan sudah 90% karena yakinlah bahwa pembicara akan diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
            Pembukaan seyogyanya dilakukan paling lama lima menit. Dan diharapkan waktu lima menit tersebut dapat memberikan kesan yang menyenangkan dan menarik minat bagi para pendengar sehingga para pendengar bersedia menyimak pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
            Pembukaan sebaiknya memuat common interest dari pendengar. Misalnya berbicara tentang hal-hal actual yang sedang terjadi yang menjadi bahan pembicaraan yang hangat dimasyarakat, walaupun mungkin tidak ada kaitannya dengan yang akan dibicarakan. Bisa juga disisipkan beberapa lelucon atau anekdot segar yang dapat menggugah perhatian dan simpati orang. Alangakah baiknya jika lelucon atau ‘penyegar’ tersebut secara tidak langsung dapat disambungkan dengan inti masalah.
            Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dann suasana pembicaraan.

2.      Misi Pembicaraan
            Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi pembicaraan disini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin.

3.      Sifat Pembicaraan
            Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak sama sekali. Pembukaan didepan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat dinas yang dihadiri oleh pejabat kantor bersangkuatan dan para pejabat pemerintah, sifatnya sangat formala yang biasanya akan mengikuti tatanan yang sudah buku dalam acara resmi.


4.      Lawan Bicara
            Lawan bicara turut menentukan ‘pembukaan’pembicaraan. Lawan bicara atau pendengar bisa dikategorikan dalam dua bagian yaitu kelompok atau perseorangan. Pembicaraan dengan  perseorangan (seseorang), pembukaannya biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum akrab bena maka pembukaanya disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana sudah ‘hangat’ , kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan disampaikan.
            Berbeda jika pembicaraan dilakukan dihadapan banyak orang maka harus diperhatikan siapa – siapa yang menjadi lawan bicara, pembukaan harus ditujukan kepada semua hadirin. Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : usia, status social, bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga akan sangat menentukan minat dengar lawan bicara.

5.      Suasana
            Suasana juga ikut menentukan bagaimana pembukaan suatu pembicaraan. Baik isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat erat hubunganya dengan suasana yang berlangsungnatau yang dihadapi oleh pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang dihadapinya untuk memulai atau memebuka suatu pembicaraan, apakah gembira, sedih, santai atau suasana yang lainnya. Pembukaan pembicaraan atau sambutan dan sejeninya, pada suatu acara pemakaman jangan sampai disamakan seperti pada pembuakaan acara ulang tahun, atau sebaliknya.

6.      Isi / Inti Pembicaraan
            Inti pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah rincian permasalahan akan dibahas. Dalam acara- acara tertentu, misalnya diskusi dan seminar biasanya penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir – butir pokoknya saja lah yang disampaikan dalam forum tanya jawab.
            Isi pembicaraan harus disampaikan secara lengakap dengan sistematis dan tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicaraan harus konsisten dengan inti permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal diluar permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagia referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan sampai berkembang lebih jauh).

7.      Penutup
            Setelah semua inti materi disampaikan, tiba saatnya untuk menutup pembicaraan. Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan ada kata-kata penutup yang dibuat sesingkat mungkin berupa kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil pembicaraan.
B.     Komunikasi yang Efektif
            Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterprestasikan pesan yang diterima sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim.kenyataannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap penerimamenangkap makna suatu pesan berbeda dari yang  dimaksudkan oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.

1.      Beberapa Sumber Kesalahpahaman
            Kegagalan dalam komunikasi yang timbul karena adnya kesenjangan antara apa yang sebenarnya dimaksudkan pengirim denagn apa yang oleh penerima dimaksudkan oleh pengirim, bersumber pada sejumlah faktor sebagai berikut (Johnson, 1981) ;
a.      Sumber-sumber hambatab yang bersifat emosional dan social atau cultural.
b.      Mendengarkan dengan maksud sadar ataupun tidak sadar ataupun tidak sadar untuk memberikan penilaian dan menghakimi si pembicara. Akibatnya, ia menjadi bersikap defensive.
c.       Kita gagal menangkap maksud konotatif dibalik ucapannya kendati kita kita sepenuhnya tahu arti denotative kata-kata yang digunakan oleh seorang pembicara.
d.      Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi sering terjadi karena kita tidak saling mempercayai.
2.      Mengirim Pesan Secara Efektif
            Bagaimanakah kita mengirimkan pesan secara efektif ? Menurut Johnson (1981), ada tiga syarat yang harus dipenuhi ;
a.      Kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami
b.      Sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas dimata penerima
c.       Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secar optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan

3.      Kredibilitas Pengirim
            Yang dimaksudkan adalah kadar keterpercayaan atau keterandalan pernyataan-pernyataan   pengirim ditelinga penerima. Kredibilitas memiliki beberapa aspek (Johnson, 1981) ;
a.      Sifat bisa dipercaya si pengirim sebagai sumber informasi
b.      Ungkapan sikap hangat dan bersahabat dari pengirim
c.       Intense, yaitu maksud atau motivasi baik dari pihak pengirim
d.      Predikat atau cap yang telah diberikan masyarakat kepada pengirim menyangkut sifatnya yang bisa dipercaya
e.       Apakah pengirim memiliki keahlian menyangkut pokok pembicaraan yang akan disampaikan
f.        Sifat dinamis (proaktif, agresif, dan empatik) pengirim


4.      Tips / Teknik Bagaimana Berbicara yang Efektif, Lugas dan Jelas
a.      Jangan terlalu sering menggunakan kata ‘e’ atau ‘emm’ yang merupakan jedah antar kalimat
b.      Ketika berbicara usahakan melihat dahi audiens agar tampak seolah menatap wajah para audience
c.       Nada dan ritme berbicara diusahakan datar (tidak tinggi rendah)
d.      Kuasai audience dengan joke segar tetapi tidak porno / jorok
e.       Timbulkan interaksi komunikasi yang seimbang dengan audience artinya kadang kala kemampuan mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara untuk presentase tertentu

C.    Gaya berbicara
            Gaya berbicara adalah cara berbicara yang dapat menimbulkan daya terik bagi para pendengar. Berukit gaya berbicara yang dapat di lakukan oleh pembicara:
a.      Gaya berbicara dengan gaya bahasa, adalah cara berbicara dengan menggunakan pilihan kata, ungkapan atau hubungan suara.
b.      Gaya berbicara dengan mimic, adalah cara berbicara dengan menggunakan gerak air muka atau wajah si pembicara.
c.       Gaya bebrbicara dengan pantomik: adalah cara berbicara dengan menggunakan gerak anggota badan, seperti dengan menggeleng-gelengkan kepala atau menggunakan kepala.
d.      Gaya berbicara dengan gerak campuran, adalah cara berbicara dengan menggunakan mimic dan pantomik.

                        Meski gaya ini variatif dan "suka-suka" kita memilihnya, tetapi ada             semacam rambu-rambu umum yang perlu kita perhatikan yakni antara           lain:
a.      Berbicara ngelantur kemana-mana.
Ibarat masakan, terkadang kita butuh bumbu-bumbu yang ikut menambah kenikmatan dan kelezatan. Tapi bila bumbunya ini terlalu banyak, nasib menunya bisa lain. Begitu juga dengan berbicara. Terkadang kita butuh bumbu-bumbu, misalnya contoh, data, dalil, humor dan lain-lain. Tapi bila itu kebanyakan, ini akan mengalahkan materi utama yang ingin kita sampaikan. Apalagi misalnya sampai ngelanturnya itu mengkorupsi waktu orang lain. Silahkan bergaya apa saja tetapi jangan sampai ngelantur.
b.      Berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
Terlalu cepat dapat membuat audien tidak mengerti dan tidak bisa mengikuti jalan pikiran dan materi yang kita paparkan. Jika ini menyangkut angka atau data penting, ini bisa gawat. Begitu juga kalau terlalu lambat. Ini bisa membuat orang ngelamun atau kurang semangat mengikuti kita. Idealnya, kita perlu memperkirakan antara 80-100 kata dalam satu menit.


c.       Suara terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Jangan meninggikan suara sampai dapat menganggu audien tetapi juga jangan terlalu merendahkan suara sampai tidak jelas didengar. Sebisa mungkin, kita perlu mengatur nada, irama dan tekanan. Artinya, ada beberapa hal yang perlu kita keraskan, datarkan dan rendahkan. Untuk yang sudah punya jam terbang tinggi, ini biasanya terjadi secara otomatik. Tetapi untuk pemula, ini perlu kita latih dalam visualisasi.
d.      Terlalu banyak gerak atau terlalu diam.
Gaya apapun yang kita pilih, itu suka-suka kita. Tetapi, hendaknya kita perlu menghindari praktek "overacting" atau "underacting" (terlalu diam) sehingga terkesan seolah-olah tidak ada interaksi antara kita dengan audien. Karena itu ada saran agar kita bisa menatap satu persatu dalam hitungan detik supaya muncul interaksi.
e.       Terlalu rumit atau terlalu banyak poin yang penting.
Gaya apapun yang kita pilih hendaknya perlu kita desain agar dapat membantu menyederhanakan persoalan yang kita sampaikan. Jika ada istilah-istilah asing yang tidak umum, kita pun perlu menjelaskannya dengan bahasa yang kira-kira bisa dipahami oleh audien. Ini bisa kita lakukan dengan contoh, analogi, penjelasan dari kita, dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA
















0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment