Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Selasa, 03 Mei 2011

Kesehatan Mental Dalam Belajar


KESEHATAN MENTAL DALAM BELAJAR

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti beljar bukan lah berdiri sendiri, terlepas dari factor lain seperti factor luar dan dalam. Factor psikologis sebagai factor dari dalam tentu saja merupakan halyang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Kesehatan mental dinegara kita merupakan barang baru boleh dikatakan baru berkembang sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu, sehingga pemerintah dan masyarakat belum banyak mengetahuinya.
Perlu di ingat bahwa kesehatan mental itu adalah relative, dimana keharmonisan yang sempurna antara seluruh fungsi-fungsi tubuh itu tidak ada, yang dapat diketahui adalah berapa jauh jaraknya seseorang dari kesehatan mental yang normal. Kadang-kadang orang menyangka bahwa setiap ada ketidak normalan akan termasuk gangguan jiwa. Padahal orang yang sangat bodoh atau sangat cerdas, biasanya bukan karena terganggu jiwanya, tapi karena berbedanya batas-batas kemampuan yang ada padanya. Memang dalam keadaan terganggunya kesehatan mental dapat menyebabkan orang tidak mampu menggunakan kecerdasannya.

A.    GANGGUAN EMOSIONAL DAN AGRESIVITAS DALAM PELAJAR
Dalam pengertian tertentu, setiap anak punya pengecualian. Tidak ada dua anak yang benar-benar mirip dalam cara mereka belajar dan berprilaku, dalam kegiatan dan kesukaan mereka, dalam kemampuan dan motivasi mereka. Semua siswa akan memperoleh manfaat dari program yang disesuaikan secara unik dengan kebutuhan secara unik dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Siswa dikelompok-kelompokkan kedalam kelas-kelas , tapi tidak semua siswa bias disatukan , beberapa siswa tidak mudah masuk ke dalam bentuk ini. Beberapa siswa mempunyai cacat fisik atau indera, seperti kehilangan pendengaran atau penglihatan atau cacat tulang serta ada siswa yang menderita keterbelakangan mental, gangguan emosi dan perilaku, atau ketidakmampuan belajar yang mengakibatkan mereka sulit belajar diruang kelas pendidikan umum tanpa bantuan. Akhirnya beberapa siswa mempunyai kemampuan bakat yang begitu luar biasa sehingga guru kelas pendidikan umum tidak mampu membantu kebutuhan unik mereka.
Semua siswa mempunyai kemungkinan mengalami masalah emosi pada suatu saat dalam karier sekolah mereka, tapi sekitar satu persen mengalami gangguan emosi atau psikiatris yang begitu parah, berlangsung lama dan mendalam sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus.
Siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku (emotional and behavioral disorder) telah didefenisikan sebagai orang yang kinerja pendidikannya secara merugikan dipengaruhi dalam jangka waktu yang lama dengan kadar yang menyolok oleh setiap kondisi berikut:
1.      Ketidak mampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh factor intelektual, indera, atau kesehatan.
2.      Ketidakmampuan membina atau mempertahankan hubungan antarpribadi yang memuaskan dengan teman sebaya dan guru.
3.      Tipe perilaku atau perasaan yang tidak tepat dalam lingkungan normal.
4.      Suasana hati ketidakbahagian atau depresi mendalam yang umum.
5.      Kecenderungan mengembangkan gejala fisik ketekutan yang dikaitkan dengan masalah pribadi atau sekolah.
Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku
Gangguan emosi dan perilaku yang parah dan jangka panjang dapat merupakan akibat dari banyak kemungkinan factor penyebab dalam pembentukan dan perkembangan individu (Jones, Dohrn& Dunn,2004). Fungsi saraf, proses psikologis, sejarah salah penyesuaian, konsep diri dan ketiadaan penerimaan social semuanya memainkan peran (Hardman Drew & Winston-Egan, 1996; Roeser,Eccles & Strobel,1998), beberapa factor seperti disfungsi dan kesalahan perawatan kelurga , juga memainkan peran dalam gangguan yang mempengaruhi kinerja anak sekolah.
Banyak factor yang mempengaruhi, keluarga dapat mengganggu rasa aman dan harga diri siswa dalam suatu kurun waktu. Perubahan struktur keluarga dapat mengakibatkan anak murung, marah, tidak aman, bertahan dan kesepian, khususnya dalam kasus perceraian yang terjadi dalam keluarga, relokasi ke komunitas baru, kehadiran adik, kehadiran orang tua tiri baru, kematian anggota keluarga maupun penyakit serius.
Karakteristik Siswa Yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku
Yang termasuk kedalam karakteristik siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku tampak pada pencampaian akademik yang buruk, hubungan antarpribadi yang buruk dan hrga diri yang buruk (lewis & Sullivan,1996; quay dan werry 1986), mencatat empat kategori umum: gangguan kelakuan, kecemasan penarikan diri, ketidakdewasaan, dan gangguan agresi social. Misalnya, anak-anak yang mempunyai gangguan kelakuan sering dicirikan sebagai orang yaqng tidak patuh, kebingungan, egois, cemburu, merusak, tidak sopan, menentang, dan mengganggu.
Quay dan Werry (1986) mencatat bahwa tiga yang opertama diantara kategori ini mengambarkan perilaku yang salah menyesuaikan diri atau kesusahan pribadi. Penyertaan gangguan kelakuan dalam penggolongan gangguan emosi dan perilaku menimbulkan kontroversi. Menurut undang-undang, siswa yang mempunyai gangguan kelakuan juga juga harus mengalami gangguan ketidakmampuan atau gangguan yang diakui lainnya untuk menerima pelayanan pendidikan khusus.
Siswa Yang Memperlihatkan Gangguan Agresif
Siswa yang mengalami gangguan kelakuan agresif dapat sering berkelahi, mencuri, merusak harta benda, dan menolak untuk mematuhi guru. Siswa ini cenderung tidak disukai oleh teman sebaya, guru, dan kadang-kadang orang tua mereka. Biasanya mereka tidak menanggapi hukuman atau ancaman, walaupun mereka dapat terampil menghindari hukuman. 

B.     TINGKAT INSPIRASI
Tujuan yang akan kita capai dan ketakutan akan kegagalan dapat menentukan tingkat aspirasi kita. Tujuan yang kita percaya bahwa kita dapat mencapainya dan bersedia untuk bekerja keras merupakan aspirai kita. Tingkat aspirasi yang tinggi membutuhkan tantangan dan tujuan yang sulit. Jika seseorang sukses mereka cenderung untuk menaikan aspirasi mereka.
Kegagalan pada seseorang mungkin berakibat positif sama seperti akibat negatifnya. Beberapa pengalaman dengan kegagalan dapat sangat berharga bagi individu itu untuk lebih berhati-hati dalam menentukan tindakan. Beberapa siswa tetap belajar walaupun menghadapi kegagalan dan ini merupakan sikap yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian.
Banyak siswa membutuhkan bantuan untuk menemukan sekian alternative dalam mencapai tujuan mereka atau tujuan baru yang lebih realistis. Beberapa siswa mungkin membutuhkan dukungan untuk mendapatkan aspirasi.

C.    KECEMASAN DALAM BELAJAR
Siswa yang khawatir karena mereka tidk dapat menyelesaikan tugasnya secara memuaskan sering mengakhiri dengan perasaan cemas atau pengalaman yang membuat gelisah, merupakan tanda bahwa ada ketegangan. Perasaan ini mungkin juga kurang intensitasnya, tetapi kelihatannya mempunyai dampak yang signifikan pada tingkh lakunya.
1.      Perbedaan individual dalam masalah kecemasansifat-sifat
Ahli psikologi tidak setuju bahwa kecemasan merupakan umum pada semua siswa yang mempunyai sejumlah perbedaan atau secara sderhana merespon situasi yang khusus. Seorang siswa yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi cemas atau khawatir barangkali lebih banyak berespon terhadap banyak situasi, dengan telapak tangan yang berkeringat, dengan jantung yang berdetak keras. Ini disebut trait anxiety (sifat kecemasan).
Penelitian menemukan hubungan antara kecemasan dengan prestasi akademik. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah daripada skor siswa yang kurang cemas (sarason,Davidson, lightall, waited an ruebush.1990). walaupun kita tidak mengetahui secara pasti tampaklah bahwa kecemasan timbul karena prestasi rendah. Meskipun begitu, prestasi rendah juga dapat memicu timbulnya kecemasan. Kecemasan ini hanya berlaku pada tugas-tugas yang sederhana dan tidak berlaku pada tugas-tugas yang sulit.
Sigmund Tobias (1999) menjelaskan bagaimana kecemasn mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Ketika siswa sedang belajar materi baru, perhatian sangat diperlukan. Kita tidak akan belajar jika tidak memperhatikan hal-hal yang penting. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi secara jelas membagi perhatian mereka pada materi baru dan perasaan nevous mereka. Jadi sejak siswa merasa cemas, dia mungkin telah kehilangan banyak informasi yang disampaikan guru atau buku yang sedang dibaca.
Siswa dengan kecemasan tinggi juga akan berpengaruh pada perhatian terhadap pelajaran yang sulit yang mengantungkan pada ingatan jangka pendek, tidak dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik. Jadi, kecemasan mempengaruhi siswa ketika mereka mengerjakan tes dan ketika mereka belajar.
2.      Mengatasi kecemasan
Seorang guru hendaknya membantu siswa yang mempunyai kecemasan untuk melihat persoalan lebih realitas. Kecemasan dapat muncul secara tiba-tiba dan menganggu perhatian siswa. Pengajaran yang paling efektif untuk siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata atau yang mempunyai kemampuan tinggi, ialah dengan membuat pengajaran yang terstruktur. Program yang terstruktur menawarkan penyelesaian. Program ini membiarkan siswa untuk mengulang dan mengurangi kegagalan yang sering membuat ketakutan pada siswa yang mempunyai kecemasan tinggi. Kemungkinan lain adalah dengan audio (video tape) yang dapat diputar ulang untuk mengulang bagian-bagian yang hilang membantu siswa yang cemas agar belajar.
Timbulnya kecemasan yang paling tinggi di sekolah adalah pada waktu siswa menghadapi tes atau ujian. Jika siswa cemas berarti hasil tes mereka tidak valid untuk mengukur kemampuan mereka.
Contoh cara mengatasi kecemasan:
a.       Gunakan kompetensi secara hati-hati
b.      Hindari situasi disaat siswa yang mempunyai kecemasan tinggi ditempatkan di depan, misalnya, duduk dibangku paling depan. Berikan latihan pada siswa yang punya kecemasan tinggi untuk berbicara didepan orang banyak sebelum dimasukan kekelompok kecil.
c.       Semua perintah harus jelas
d.      Hindari menekankan waktu yang tidak penting.
e.       Pindahkan beberapa tekanan dari tes-tes terstandar yang diperlukan ke tes sehari-hari.

D.    KONSEP DIRI
Gambaran diri kerkembang dari interaksi – interaksi orang tua dan anak. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah aku – tingkah laku yang lain. Gambaran diri ini meliputi baik konsep diri maupun cita-cita seseorang bagi dirinya sendiri, atau dengan istilah lain, diri real(the real self), dan diri ideal(the ideal self). Banyak pertumbuhan terjadi karena adanya gambaran diri. Salah satu fungsinya dari gambaran diri ialah menghubungkan waktu sekarang dan waktu yang akan datang.
            Menurut Combs dan Snygg konsep diri itu terdiri dari persepsi- persepsi tentang diri yang sangat penting bagi individu. Persepsi-persepsi ini merupakan hakikat dari diri yang kalau hilang ,maka pribadi akan hancur. Kadang-kadang benda matipun bias menjadi bagian dari konsep diri. Ide,keperayaan, dan keyakinan penting bagi manusia. Kadang –kadang semuanya itu merupakn segi-segi lingkungan fenomena, kadang-kadang segi dari diri fenomena dan kadang-kadang juga segi dari konsep diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment