Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Kamis, 28 April 2011

Jenis Karangan

*      NARASI

Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa.
Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir.
 Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:

(1) kejadian.
(2) tokoh.
(3) konflik.
(4) alur/plot.
(5) latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut :

(1) Menentukan tema cerita
(2) Menentukan tujuan
(3  Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4) Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
(5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris.

Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada
cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Langkah menyusun narasi (fiksi): Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.



*   DESKRIPSI

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribe yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.




Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu :

a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.

b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat
atau dirasakan.

Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,
atau depan ke belakang.


Contoh deskripsi berisi fakta:

Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:

Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: Keindahan Bukit Kintamani Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional Keadaan ruang praktik Keadaan daerah yang dilanda bencana


*      EKSPOSISI

Kata eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan,
atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir.


Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu:

(1) Menentukan objek pengamatan,
(2) Menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3) Mengumpulkan data atau bahan,
(4) Menyusun kerangka karangan, dan
(5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian berikut:

1). Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.

2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana menuju ke hal yang makin
penting atau puncak peristiwa dan sebaliknya untuk anti-klimaks.
Seperti halnya karangan deskripsi, karangan eksposisi pun sering dibuat berdasarkan gambar, bagan, tabel, matriks, dan sejenisnya. Penyajian bentuk-bentuk nonverbal tersebut bisa dimaksudkan sebagai objek untuk dijelaskan, tetapi juga bisa sebgai alat bantu untk
mengkonkret penjelasan.

Contoh:

Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.



Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
Peranan majalah dinding di sekolah -Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:

Cara mencangkok tanaman:
Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.


*      ARGUMENTASI

Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut:

(1) Menentukan tema atau topik permasalahan,
(2) Merumuskan tujuan penulisan,
(3) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
(4) Menyusun kerangka karangan, dan
(5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

1). Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:

a. Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta

a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin sempit
c) Pembangunan jalur busway

b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan


2). Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :

Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya

1.Pengertian narkoba

2.Bahaya kecanduan narkoba
   a.pengaruh terhadap kesehatan
   b.pengaruh terhadap moral
   c.ancaman hukumannya


3.Upaya mengatasi kecanduan narkoba

4.Kesimpulan dan saran


Ada bermacam-macam cara metode untuk membuat atau memperkuat argumentasi antara lain sebagai berikut:

1.Kausal: pembenaran pendapat dengan mengemukakan alasan yang berupa sebab-akibat atau akibat-sebab.
2.Keadaan yang memaksa: pembenaran pendapat dengan mengembangkan berbagai jalan buntu sehingga tidak ada jalan alternatif lain.
3.Analogi: pembenaran pendapat berdasarkan asumsi bahwa jika dua hal memiliki banyak persamaan maka dalam hal lain tentu ada yang sama pula.
4.Perbandingan: pembenaran perndapat dengan cara membandingkan dua hal , situasi dan kondisi.
5.Pertentangan: pembenaran pendapat dengan mempertentangkan dua situasi /kondisi.
6.Kesaksian: pembenaran pendapat dengan menggunakan / mendasarkan pada keterangan saksi.
7.Autoritas: pembenaran pendapat dengan mendasarkan pendapat ahli.
8.Generalisasi: pembenaran pendapat/ simpulan berdasarkan data/fakta/ contoh atau kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

Contoh:

Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: Disiplin kunci sukses berwirausaha, Teknologi komunikasi harus segera dikuasai, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment