Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Senin, 14 Maret 2011

Desain Satu Kelompok (Bab VII)

DESAIN SATU KELOMPOK

One-group posttest design
Desain ini oleh Christensen (2001) disebut sebagai one-group after only design. Desain ini hanya melibatkan satu kelompok yang diberikan manipulasi, kemudian setelah jangka waktu tertentu diukur responnya sebagai pengukuran VT. Symbol desain ini adalah :

 manipulasi(X) ------> pengukuran(O)

Contohnya: seorang dosen X ingin mengetahui apakah memberiken tugas pada setiap kuliah dapat meningkatkan pretasi mahasiswa, untuk itu dosen x selalu member tugas setiap perkuliahan selama satu semester. Prestasi mahasiswa  dilihat dari ujian akhir semester(UAS) setiap  mahasiswa.
            Desain seperti ini banyak dilakukan dalam Kehidupan sehari-hari , baik bidang pendidikan, organisasi, dll. Hal ini terjadi karena tidak memungkinkan dilakukannya randomisasi untuk membagi subjek kedalam KE dan KK. Untuk melihat pengaruh dari VB, tidak dilakukan analisis statistic terhadap hasil pengukuran VT.
            Kelehat dari desain ini asalah tidak hanya control terhadap VS, salah satunya adalah randomisasi, sebagai syarat dilakukannya penelitian eksperimental. Karena hanya melibatkan satu kelompok (sebagai KE), maka tidak ada kelompok pembanding.(KK) sebagai control terhadap VS, sehingga kesimpulannya dapat salah: apakah perubahan pada VT disebabkan oleh manipulasi ataukah karena factor lain.
            Dari contoh di atas, bila memang nilai UAS para mahasiswa ternyata cukup bagus, tidak bias secara langsung disimpulkan bahwa ini disebabkan oleh pemberian tugas. Bias jadi karena para mahasiswa memiliki intelegensi dan motivasi yang tinggi, sehingga tampa perlu diberikan tugas, mereka memang sudah memahami materi kuliahnya. Bahkan mungkin tidak pernah diberikan tugas sekalipun, nilai UAS yang mereka peroleh akan cukup bagus. Ini berarti tidak ada control terhadap proaktve history (individual differences).

One-Group Pretest-Posttest Design
Menurut Christensen (2001) desain ini disebut juga before-after design. Pada desain ini, di awal penelitian, dilakukan pengukuran terhadap VT yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan manipulasi, dilakukan pengukuran kembali terhadap VT dengan alat ukur yang sama. Simbol dari desain ini adalah:

pengukuran(O1) ---------> manipulasi(X) ---------> pengukuran(X2)

Misalnya dosen X ingin membutikan kembali bagaimana pengaruh pemberian tugas setiap kali kuliah terhadap peningkatan prestasi mahasiswa. Penelitian dilakukan pada kelas semester berikutnya. Saat kuliah pertama dosen X memberikan ujian kepada mahasiswa. Setelah itu selaa satu semester, dosen X selalu memberikan tugas setip kali kuliah. Di akhir semester, dosen memberikan memberikan ujian yang sama kepada mahasiswa.
Efektifitas atau pengaruh VB terhadap VT dilihat perbedaan antara pretest (O) dengan posttest(O). Atau lebih meyakinkan dalam kesimpulannya, dapat dilakukan analisis statistik dengan corrolateddata t-test / paired-samples t-test. Dosen X melihat pengaruh pemberian tugas dengan cara membandingka nilai ujian mahasiswa di awal semester (pretest) dengan hasil ujian akhir semester(Posttest). Bila ada perbedaan pretest dan skor posttest dimana skor posttest lebih tinggi secara signifikan, maka dapat disimpulka pemberian tugas dapat meningkatkan pretasi pelajar.
Dibandingkan desain sebelumnya, desain ini lebih baik karena menggunakan teknik kontrol konstansi terhadap proaktive history, yaitu denagn adanya pretest dan posttest.seperti telah dikemukakan pada bab VI, dengan adanya pretest kita dapatmengetahui  inicial pocisonning masing-masing subjek, sehingga kita mengetahui proaktive history setiap subjek. Dengan kata lain, pretest pembanding protest. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh meyakinkan, bahwa VB menyebabkan peningkatan VT. Desain ini sebenarnya mengatasi kelemahan dari desain one-group postest design, dengan menyediakan data pembanding.
Walaupun demikian, desain ini masih memiliki kelemahan, karena masih ada beberapa VS yang tidak terkontrol. Klemahan ini karena tidak dilakukannya randomisasi sebagai sarat mutlak dilakukan penelitian eksperimental. Selain itu, karena dilakukan pengukuran sebelu dana sesudah pemberian manipulasi, maka akan muncul radioaktive histoy. Pada contoh diatas, karena para mahasiswa mendapatka soal ujian yang sama pada saat pretest dan postest, mereka sadar mengenai apa yang diukur. Karena materi yang ditanyakan pada pretest belum dipelajari, ketika dosen X menerangkan para mahasiswa mungkin mendalami materi yang ada pada soal ujian. Oleh karena itu ketika diakhir semester diberikan soal yang sama nilai ujian mereka akan meningkat. Dengan demikian peningkatan skor postest bukan disebabkan pemberian tugas,tetapi karena kesadaran mahasiswa terhap soal ujian.

Time Series Design
            Kerena melibatkan pengukuran VT yang berulang dan sering kali daran kurun waktu yang cukup lama, maka desain ini disebut juga lon-gitudinal design (Christensen, 2001). Pada desain ini, pengukuran dilakukan berulang-ulang, baik sebelum diberikan manipulasi maupun sesudah diberikan manipulasi. Simbol desain ini adalah :
O1 -------> O2 --------> manipulasi(X) --------> O3 ----------->O4

          Contoh penelitian dengan desain ini adalah penelitian mengenai program pengembangan kreativitas pada murid TK. Sebelum program pengembangan kreativitas tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan beberapa pretest. Nilai rata-rata dari setiap kali pengukuran akan menunjukkan kevenderungan perubahan tingkatb kreativitas yang disebabkan oleh program. Kemudian baru diberikan program pengembangan.Selama semester pertama program tersebut dilaksanakan, dilakukan beberapa kali pengukuran tingkat kreativitas murid-murid TK tersebut. Pengukuran saat program berjalan akan menghasilkan beberapa nilai rata-rata yang menunjukkan terjadinya peruhan pada tingkat kreativitas anak yang diebabkan oleh program tersebbut.
          Gambar tersebut menunjukkan kecenderungan peningkatan skor Kreativitas anak sebelum dan sesudah mendapatkan program.
                                                                          




             
             Dibandingkan dengan desain-desain stu-kelopok lainnya, time series design adalah yang terbaik. Hal ini karena desain ini memungkinkan peneliti untuk melihat pengaruh pariabel diluar VB terhadap VT dengan membandingkan kecenderungan perubahan skor VT sebelum dan sesudah pemberian manipulasi. Selain itu, perubahan rata-rata skor yang diperoleh pertama kali saat program saat bersaat berlangsung akan menunjukkan peruhan yang disebabkan oleh VB.
            Bila melihat grafik diatas terlihat bahwa garis yang menghubungkan O1 dan O2 dengan O3 dan O4 mempunyai sudut yang kurang lebih sama besarnya. Ini menunjukkan perubahan skor yang disebabkan oleh  VS. Adapun garis yang menghubungkan O2 dan O3 mempunyai sudut yang jauh lebih besar dariO1-O2 dan O3-O4. Ini berarti perubahan dalam VT disebabkan oleh VB dan VS. Dengan mengetahui besarnya pengaruh VS maka peneliti akan mengetahui berapa besarnya pengaruh VB. Akan tetapi, untuk itu dibutuhkan perhitungan statistik yang murni.
            Bila dibandingkan dengan desain satu kelompok sebelumnya, desain in i merupakan desain yang paling baik. Alasannya dengan dilakukanengukuran yang berulang sebelum dan sesusdah manipulasi, sebenarnya berarti telah dilakukan konstansi terhadap proaktive history, maturation dan testing. Namun demikian, tidak ada kontrol terhadap retroaktive history, yang terjadi antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lainnya.
            Meskipun desain ini termasuk desain yang paling baik dalam desain satu kelompok, desain ini jarang digunakan karena banyaknya data yang harus dikumpulkan dan alat ukur yang sama tidak dapatdigunakan berkali-kali. Disisi lain akan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri subjek selama pengukurana dilakukan. Semua hal ini tentu saja akan mempengaruhi validitas internal dari penelitian.

Facebook comment