Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Minggu, 27 Februari 2011

Memahami Makna Budaya

PENGANTAR





Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah individual. Pada ranah sosial karena budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Dari kehidupan bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya.
      Pada ranah individual adalah budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari sini terlihat bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.
      Budaya telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi di mana mekanisme berpikir dan bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan diperbandingkan terhadap masyarakat lainnya.  Psikologi budaya mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia.  Di dalam kajiannya, terdapat pula paparan mengenai kepribadian individu yang dipandang sebagai hasil bentukan sistem sosial yang di dalamnya tercakup budaya.  Adapun kajian lintas budaya merupakan pendekatan yang digunakan oleh ilmuan sosial dalam mengevaluasi budaya-budaya yang berbeda dalam dimensi tertentu dari kebudayaan. 




PENGERTIAN BUDAYA SEBAGAI SUATU KONSEP PSIKOLOGIS


Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
>Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan/(Wujud.ideal)
    Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
    nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Aktivitas/(tindakan).
    Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
    Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Artefak/(karya).
    Artefak adalah wujud kebudayaan
    fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

>Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
  • Kebudayaan.material
    Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan.nonmaterial
    Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Apa itu Psikologi Lintas-Budaya dan Bagaimana Dampaknya pada Kebenaran-kebenaran Psikologis
Psikologi Lintas-budaya adalah cabang psikologi yang terutama menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda.
Dalam Penelitian, pengertian lintas budaya terbagi 2:
Sempit : secara sederhana hanya berarti dilibatkannya  partisipan dari latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut.
Luas :  terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan perinsip-perinsip psikologis bersifat universal ataukah khas-budaya





MONOKULTURAL DAN MULTIKULTURAL
1. Monokulturalisme

      Momokulturalisme merupakan sebuah idielogi atau konsep yang memiliki kehendak akan adanya penyatuan kebudayaan (Homogenitas). dalam monokulturalisme ditandai dengan adanya proses asimilasi, yakni percampuran 2 kebudayaan atau lebih untuk membentuk kebudayaan baru.sebagai sebuah ideologi,monokulturalisme dibeberapa Negara dijadikan landasan kebijakan dan atau strategi pemerintah menyangkut kebudayaan sistenm Negara.
      Perkembangan dewasa ini, dimana adanya usaha untuk menciptakan budaya tunggal sebagai identitas budaya Indonesia yang sebagian besar dilakoni oleh media, khususnya televise dengan setting Jakarta-isme adalah sebuah hal yang bertolak belakang dengan semangat pluralisme.kita banyak menemui misalnya di sinetron-sinetron dimana adanya proses monokulturalisme,bahwa yang gaul itu adalah yang ”gue-elo” bahwa yang ndeso itu yang tidak mengikuti apa yang berkembang di Jakarta.
      Sentralisme semacam ini mau tidak mau adalah semata-mata hanyalah setting dari kapitalisme untuk mengarahkan agar masyarakat terpolakkan pada system yang sudah di bangun oleh modal,semakin homogen masyarakat, maka mudah sebuah produk untuk dipasarkan dengan selera yang sama,sebaliknya, semakin komplek atau heterogen masyarakat, maka semakin sulit sebuah produk untuk menyentuh pasar secara holisti.
      Monokultural menghendaki adanya kesatuan budaya secara normative (istilah) monokulturalisme juga di gunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (preexisting homogenisty) sementara itu adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau kebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.


2. Multikulturalisme

      Multikulturalisme adalah sebuah filsopi terkadang di tafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status social politik yang sama dalam masyarakat moderen.istilah mulkuturaljuga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu Negara.
      Mulkulturalisme berasal dari 2 kata : multi(banyak/beragam)dan cultural (budaya-dan kebudayaan) yang secara etimologi berarti keberagaman budaya –budaya yang mesti di pahami adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti di pahami sebagai semua di alektika manusia terhadap kehidupannya di alektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti, pemikiran, budaya verbal, bahasa dll.
      Mulkulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asmilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma Negara bangsa (natio)(state) sejak awal abad ke 19 monokulturalisme bertentangan dengan munukulturalisme dan asimilasi yang telh menjadi norma dalm paradigma Negara bangsa (nation-state) menghendaki adnya kesatuan budaya secara normative (istilah monokutural juga dapat di gunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity).
      Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara 2 atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan perbedaan sehingga tercipta buah kebudayaan baru.
      Pada dasarnya, multikulturalisme sendiri menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompo kebudayaan denganhak dan status social yang sama dalam masyarakat moderen (wikipedia) hal ini berbeda dengan mo kulturalisme yang lebih menghendaki kepada adanya kesatuan, yang cenderung homogen, bukan persatuan yang menjad cermin dari harmonisasi dalam pluralitas upaya bersama dalam enyikapi sebuah multikulturalisme dengan menjalankan azas gerakan multikulturalisme menjadi sebuah idiologi yang di anggap mampu menyelesaikan derbagai masalah yang berkaitan dengan multiklturalisme yaitu dengan azas azas sebagai berikut:
  1. Manusia tumbuh dan besar pada hubungn social di dalam sebuah tatanan tertentu, di mana system nilai dan makan di terapkan dalanm berbagai symbol - symbol budaya dan ungkapan ungkapan bangsa
  2. Keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan system makan yang berbeda, sehingga dudaya satu memerlukan buaya lain
  3. Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog brkelanjutan sangat sangat di perlukan demi terciptanya persatuan.


Multikulturalisme menurut Kenan Malik (1998) multikulturalisme merupakan produk dari kegagalan politik bangsa di Negara barat pada tahun 1960 an. Kemudian gagalnya perang dingin tahun 1989, gagalnya dunia marxisme kemudian gagalnya gerakan diasia tenggara yang menemukan konsep multikutural yang sebenarnya. Jalan keluar dari semua itu menurutnya adalah sebuah keadilan yang masih berpegang pada keanekaragaman budaya yang sejati.
Multikulturalisme menurut al-qur’an menyatakan bahwa : dulu manusia adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan) maka allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar untuk memberikan keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereke perselisihkan.










MAKNA KELINTASBUDAYAAN

      Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
      Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
      Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
      Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
      Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.








DAFTAR PUSTAKA

Matsumoto. David. 2004. Pengantar Psikologis Lintas Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Neil Bissoondath,selling illusions: The myth of Multikuturalisme.Toronto: pengun,2002.ISBN 978-0-14-10067-5.passim.
See Neil Bissoondath,Selling ILLussions: The Myth of Multiculturalisme.Toronto: penguin,2002.ISBN 978 -0-14-100676-5.

Facebook comment