Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 01 Desember 2010

Psikologi Kepribadian (klasikal kondisioning/pavlov)

KLASIKAL KONDISIONING (PAVLOV)
Ivan Petrocich Pavlov lahir 14 september 1849 di Ryazan Rusia. Ayahnynya seorang pendeta. Pavlov di didik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari  Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of experimental medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang physiology or medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian  sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di  Amerika.
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik ) adalah proses yang ditemukan pavlov melalui percobaannya terhadap anjing. Pavlov melihat bahwa seekor anjing mulai menyalurkan air liur bila melihat piring makanan. Setiap anjing akan mengeluarkan air liur bila makanan diletakkan dalam mulutnya. Tetapi anjing ini telah belajar mengasosiasikan adanya piring dengan rasa makanan . pavlov memutuskan akan membuktikan apakah anjing dapata belajar mengasosiasikan makanan dengan hal-hal lain, seperti sinar atau suara.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behavirisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang ( anjing ) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi kecil pada pipi anjing sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat dari kulit luarnya. Berikut tahapan eksperimen yang dilakukanpavlov: pavlov_eksperimen_anjing
Penjelasan gambar di atas :
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
  1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
  2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
  3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
  4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.


Makanan adalah rangsangan wajar, sedang suara bel adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat ( kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut “refleks bersyarat atau conditioned respons”.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, bunyi bel di kelas sebagai untuk penanada waktu atau tombol antrian di Bank. Tanpa disadari , terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di Bank tanpa harus berdiri lama. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
·         Prinsip – Prinsip Pengkondisian Klasik
a.    Extinction
Respon yang terkondisi tidak selalu bertahan selamanya. Bila, setelah kondisioning terbentuk, stimulus terus menerus disajikan tanpa stimulus tidak terkondisi respons yang terkondisi akan menghilang, dan terjadilah Extinction.
b.   Kondisioning Tingkat Tinggi
Merupakan suatu prosedur dimana stimulus netral,menjadi stimulus terkondisi melalui,asosiasi dengan stimulus terkondisi yang telah lebih dahulu terbentuk.
Kondisioning tingkat tinggi,dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa kata mendorong respons-respons emosional pada diri kita,dan mengapa mereka dapat mendorong kita untuk merasa marah atau malah mendorong kita untuk menghasilkan perasaan emosional yang hangat dan sentrimental. Ketika kata-kata ini dipasangkan dengan objek-objek atau kata-kata lainya yang telah menghasilkan respons-respons emosional,kata-kata ini dapat juga menghasilkan respons emosional yang sama ( Chance,1999:Staats dan Staats,1957 )
c.    Generalisasi dan Diskriminasi Stimulus
Setelah sebuah stimulus berubah menjadi stimulus terkondisi untuk respons-respons tertentu,maka,stimulus-stimulus lain yang serupa dapat menghasilkan reaksi yang sama,hal ini yang disebut Generalisasi Stimulus.
Generalisasi Stimulus ini,di deskripsikan dengan baik,oleh sebuah Pepatah Inggris Kuko, : Mereka yang telah di gigit ular,akan merasa takut melihat tali atau tambang .
Keadaan sebaliknya dari Generalisasi disebut dengan Diskriminasi Stimulus,yang menghasilkan respons yang berbeda pada stimulus yang terkondisi yang sesungguhnya





Daftar Pustaka
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Atkinson L.Rita & Atkinson C.Richard19    .Pengantar Psikologi Jilid 1.Jakarta:Erlangga



HADRI
ALHADI IKHWAN
AMILA DIRA YUNDA
VEBBY ADHRIANI 
PEKI FITRA SANDI

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment