Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 26 November 2010

PsiSos ( Tepsis berdasarkan Orientasi lapangan)

Teori Psikologi Sosial Berdasarkan Orientasi Teori Lapangan

A. Latar Belakang Psikodinamika

Teori lapangan Kurt Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi Gestalt, yaitu suatu aliran yang tumbuh di Jerman sejak 1912 yang diperoleh oleh Max Werttheimer. Pandangan psikologi Gestalt yang terpenting adalah sebagai berikut:
“bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan(Gestalt) ”
Oleh karena itu tidak heran jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa manusia.
Salah satu cirri yang terpenting dari teori lapangan adalah teori ini menggunakan metode “konstruktif”. Metode konstruktif atau genetik adalah metode yang digunakan Lewin sebagai pengganti metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lebih lazim dipakai. Metode klasifikasi menurut Lewin mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan obyek studi berdasarkan persaman-persamaannya saja.
Dengan metode konstruktif yang sifatnya dinamis ini, maka teori lapanganpun bersifat dinamis. Konsekuensi pertama dari pengguna metode konstruktif dalam teori lapangan. Teori lapangan harus dapat mengungkapkan forces ( daya, kekuatan ) yang mendorong suatu tingkah laku.
Konsekuensi kedua adalah cara pendekatan yang digunakan dalam teori lapangan selalu harus psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara operasional.
Ketiga, analisis dalam teori lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan (totalitas), tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri-sendiri.
Keempat, tingkah laku harus dianalisis dalam rangka lapangan di saat mana tingkah laku terjadi.
Konsekuensi kelima adalah bahwa bahasa yang digunakan dalam teori dalam teori lapangan harus eksak dan logis, jadi harus berupa bahasa matematik.

B.   Konsep Dasar Teori Lapangan

a.    Lapangan Kehidupan

Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Dan lapangankehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan diman kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.
Ada atau tidak adanya sesuatu bagi subyek harus dibuktikan dengan ada atau tidaknya pengaruh dari sesuatu itu terhadap subyek yang bersangkutan.
Ada beberapa hal dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan, yaitu:
1.      meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah.
2.      dua atau beberapa wilayah menggabung menjadi Satu.
3.      diferensiasi berkurang.
4.      suatu wilayah pecah, membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri.
5.      restrukturisasi, yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan, tetapi tidak terjadi diferensiasi.

b.   Tingkah laku dan Lokomosi
     Tingkah laku menurut Lewin adalah Lokomosi yang berarti perubahan atau gerakan pada lapangan kehidupan.
Lokomosi dapat terjadi oleh karena ada “komunikasi” antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang. Komunikasi antara dua wilayah itu menimbulkan ketegangan (tension) pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.

c.    Daya (forces)
Perubahan dapat terjadi pada suatu wilayah ada valensi tertentu. Valensi dapat bersifat negatif atau positif tergantung pada daya tarik atau daya tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi positif, maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah-wilayah lain untuk bergerak menuju kearahnya. Sebaliknya, jika valensi yang ada pada suatu wilayah negatif, maka daya-daya yang ada akan menghindar atau menjauhi wilayah tersebut.
Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis :
1.      daya yang mendorong
2.      daya yang menghambat
3.      daya yang berasal dari kebutuhan sendiri
4.      daya yang berasal dari orang lain
5.      daya yang impersonal

d.   Ketegangan (tension)
Salah satu faktor penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah ketembusan (permeability), yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh daya dari wilayah-wilayah lain disekitarnya.
Faktor lain juga berpengaruh pada perbedaan keteganganadalah kejenuhan. Kalau kebutuhan-kebutuhan yang mendasari daya itu sudah dipuaskan sampai jenuh, maka ketegangan itu akan berkurang dengan sendirinya.


v     Penerapan Teori Lewin
a.       konflik
konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.
Ada tiga macam konflik, yaitu:
1). Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)
2). konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)
3). Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

b.      Tingkah Laku Agresif
Dalam eksperimen Kurt Lewin dan kawan-kawan, menemukan bahwa dalam kelompok anak laki-laki yang diberi tugas tertentu dibawah pimpinan seorang pemimpin yang demokratis, maka nampak bahwa tingkah laku yang agresif yang timbul adalah dalam taraf yang sedang (medium).


v     Kelebihan dan kelemahan teori Lapangan
Sumbangan terbesar dari teori lapangan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi social dapat juga dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam labolatorium.
Teori ini juga mengandung beberapa kelemahan, yaitu:
·   Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis
·   Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti yang kabur.
·   Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “overt”(nampak dari luar).
·   Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya (penyalahgunaan topologi).

C.  Teori Lapangan dalam Psikologi Sosial

Ada 4 teori lapangan yang diterapkan dalam psokologi social, yaitu:

1.Teori tentang hubungan interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)
Heider menganut metode konstruksi dari Lewin dalam teorinya untuk menerangkan hubungan antarmanusia. Heider mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat diuraikan kedalam 10 aspek, yaitu :
a.       mengamati orang lain
b.      orang lain sebagai pengamat
c.       analisis yang naïf terhadap tindakan orang
d.      kausalitas personal dari impersonal
e.       hasrat dan kesenangan
f.       sentimen
g.      keharusan dan nilai
h.      permintaan dan perintah
i.        keuntungan dan kerugian
j.        reaksi terhadap pengalaman orang lain

2.Teori lapangan tentang kekuasaan dari Cartwright (1959)
Kekuasaan sosial menurut Cartwright adalah masalah yang sangat penting dalam menganalisis perilaku sosial. Cartwright merumuskan ada tujuh macam istilah primitive, yaitu : pelaku (agent), tindakan pelaku (act of agent), lokus (locus), hubungan lansung (direct joining), dasar motif (motive base), besaran (magnitude), dan waktu (time).

3.Teori tentang kekuasaan dari French (1956)
Teori Frech membahas tentang proses pengaruh-pengaruh dalam kelompok, khususnya dalam kaitannya dengan pendapat dan perubahan pendapat kelompok. Proses pengaruh mempengaruhi itu menurut French melibatkan tiga pola relasi dalam kelompok yaitu :
·         Hubungan kekuasaan (power relation) antara anggota-anggota kelompok.
·         Pola komunikasi dalam kelompok.
·         Hubungan antar pendapat-pendapat dalam kelompok.

French mendefinisikan kekuasaan dalam arti yang kurang lebih sama dengan Cartwright. Definisi ini dapat digambarkan dengan rumus :
Kekuasaan (A atas B) = Daya A – Daya perlawanan B

French memngemukakan ada 5 macam kekuasaan dasar yang berpengaruh dalam hubungan antara 2 orang, yaitu :
1.      kekuasaan rujukan yang didasari oleh perasaan saling menyukai dan saling beridentifikasi antara A dan B.
2.      kekuasaan ganjaran yang didasari oleh kemampuan A  memberi ganjaran kepada B.
3.      kekuasaan hukuman yang didasari oleh kemampuan A untuk memberi hukuman kepada B.
4.      kekuatan pengabsahan yang didasari oleh hak yang ada pada A untuk membenarkan atau menyalahkan tingkah laku B.
5.      kekuatan keahlian yang didasari pada persepsi B bahwa A lebih tahu tentang hal-hal tertentu.

4.      Teori tentang kerja sama dan persaingan dari Deutsch (1949)
Perbedaan antara kerja sama dengan persaingan menurut Deutsch terletak pada sifat wilayah-wilauah tujuan pada kedua siruasi tertentu. Wilayah-wilayah tujuan dari anggota-anggota kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang.
Dalam situasi persaingan, kalau seorang individu atau suatu sub-kelompok sudah memasuki wilayah tujuan, maka individu-individu atau sub-kelompok yang lain tidak akan bias mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing. Hubungan antar wilayah-wilayah tujuan anggota-anggota kelompok dinamakan saling menghambat.
Dengan demikian, orang-orang dalam situasi dimana wilayah-wilayah tujuannya saling menunjang akan berlokomosi bersama-sama kea rah wilayah tujuan termaksud, sedangkan orang-orang dalam situasi yang wilayah tujuannya saling menghambat akan berlokomosi sedemikian rupa sehingg orang lain dalam kelompoknya tidak mencapai wilayah tujuan masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment