Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 26 November 2010

Psikology Abnormal (gangguan kognitif)

GANGGUAN KOGNITIF
1.     GANGGUAN KOGNITIF
        Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk
proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan ( Stuart and
Sundeen, 1987. Hal.612).
a.       Delerium
                 Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga berhari, taraf hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya klinis, dengan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan suportif.
                 Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
§     Konsentrasi dan memfokus
§     Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
§     Kesadaran naik-turun
§     Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
§     Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
§     Bingung menghadapi tugas sehari-hari
§     Perubahan kepribadian dan afek
§     Pikiran menjadi kacau
§     Bicara ngawur
§     Disartria dan bicara cepat
§     Neologisma
§     Inkoheren
Gejala termasuk:
§     Perilaku yang inadekuat
§     Rasa takut
§     Curiga
§     Mudah tersinggung
§     Agitatif
§     Hiperaktif
§     Siaga tinggi (Hyperalert)
Atau sebaliknya bisa menjadi:
§     Pendiam
§     Menarik diri
§     Mengantuk
§     Banyak pasien yang berfluktuasi antara diam dan gelisah
§     Pola tidur dan makan terganggu
§     Gangguan kognitif, jadi daya mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu

b.      Demensia
                 Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis, laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolines terasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja.
                 Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.  

Tanda dan gejala
§     Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
§     Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
§     Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
§     Defisit neurologik motor & fokal
§     Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
§     Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
§     Agnosia, apraxia, afasia
§     ADL (Activities of Daily Living)susah
§     Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
§     Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
§     Lupa meletakkan barang penting
§     Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
§     Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
§     Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
§     Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi
§     Tak dapat makan dan menelan
§     Koma dan kematian

c.       Amnestik

2.     Gangguan Psikologis Yang Terkait Dengan Penuaan
a.          Ganggua kecemasan dan penuaan
                    Gangguan kecemasan pada usia tua dapat merupakan kelanjutan atau kekambuhan dari masalah yang terjadi pada masa usia terdahulu atau terjadi pertama kali pada masa usia tua. Meskipun gangguan kecemasan dapat berkurang seiring bertambanya usia, orang – orang yang memasuki usia tua di abad 21 dapat mengalami kecenderung prefalensi yang meningkat.
                    Sebuah faktor yang memicu komplikasi lebih jauh dalam mernentukan prefalensi adalah seperti halnya pada orang-orang yang lebih muda, sintom-sintom kecemasan pada orang lanjut usia lebih dominan dibanding gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis, mengidentifikasikan kecemasan yang tidak beralasan cukup umur di alami para orang lanjut usia.

§     Penyebab
Masalah kecemasan sering dihubungkan dengan penyakit medis dan dapat merupakan reaksi atas kekhawatiran menderita sakit yang menjadi lemah. Kadang kecemasan merupakan reaksi terhadap obat-obatan.
Scogin (1998)mencatat bahwa gangguan stress pascatrauma, dan gangguan stress akut mungkin sangat relevan dengan kehidupan orang usia lanjut.
§     Penanganan Kecemasan
Masalah kecemasan pada orang lanjut usia dapat ditangani dengan jenis penanganan psikologis. Dokter biasanya mendengar berbagai keluhan psikologis dari orang lanjut usia, obat-obatan psikoaktif banyak diresepkan.

b.      Depresi
                    Pada orang usia lanjut,depresi dampaknya merupakan kelanjutan suatu kondisi yang terjadi dimasa usia terdahulu. Pada orang lanjut usia yng memang benar-benar baru mengalami depresi pada usia lanjut, depresi sering kali dapat ditelusuri kepenyebab bilologis yang spesifik. Perempuan mengalami lebih banyak periode depresi dibanding laki-laki hampir disepanjang hidupnya.

§         Karakteristik depresi pada orang lanjut usia
Meliputi rasa kuatir, rasa tidak bergunu, sedih, pesimis, tidak dapat tidur dan sulit mengerjakan segala sesuatu. Pada usia lanjut depresi rasa bersalah tidak banyak dialami dan banyak terjadi ganguan somatik. Depresi pada usia ini menunjukkan retardasi motorik yang lebih besar, lebih banyak kelebihan berat badan, mengalami penurunan kondisi fisik, kurang agresif, kurang memiliki pikiran untuk bunuh diri.


§         Depersi versus Demensia
Perbedaan antara depresi dan demensia adalah orang yana mengalami depresi cenderung melakukan lebih banyak kesalahan karena lupa. Mereka mungkin tidak menjawab pertanyaan karena terlalu sulit bagi mereka untuk mengingat sesuatu atau karena ia khawatir melakukan kesalahan. Sedangkan orang yang mengalami demensia cenderung melakukan kesalahan acak atau konfabulatori. Konfabulatori adalah mengisi beberaapa kekosongan dalam memori dengan berbagai cerita yang hanya karaangan dan mustahil dan dianggab benar oleh si penderita.

§         Penyebab depresi pada orang lanjut usia
Kebanyakan orang-orang yang mengalami tersebut menderita penyakit fisik dan memiliki masalah medis yang lebih banyak dari orang lain. Obat-obatan yang berfungsi untuk menangani penyakit kronis tersebut dapat memperparah depresi yang sudah terjadi.

§         Penanganan depresi
Orang-orang lanjut usia yang mengalami depresi dapat ditolong dengan intervensi psikologis dan farmakologis.
Landreville dkk (2001) meneliti penerimaan orang lanjut usia terhadap penanganan psikologis dan farmakologis bagi depresi. Terapi kognitif dan biblioterapi diketahui lebih diterima daripada obat-obatan antidepresan bagi individu yang mengalami simtom-simtom ringan hingga sedang. Bagi para pasien yang mengalami depresi parah, terapi kognitif diketahui lebih dapat diterima daripada diblioterapi.
Psikoterapi interpersonal (ITP) adalah psikoterapi jangka pendek yang digunakan untuk menangani depresi pada orang lansia yang diarahkan pada tema-tema seperti kehilangan peran, transisi peran dan kekecewaan interpersonal yang merupakan masalah-masalah penting dalam hidup lansia (Hinrichsen,1999).

c.          Gangguan tidur
                    Insomnia adalah keluhan yang umum terjadi dikalangan orang lanjut usia. Survvei nasional menemukan insomnia 25% dari responden berusia 65-79 tahun, dibandingkan dengan 14% dalam kelompok umur 18-34 tahun(Mellinger,Balter,& uhlenhuth,1985)
                    Masalah tidur yang sering dialami oleh usia lanjut adalah terjaga pada malam hari, sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur dan rasa lelah yang amat sangat pada siang hari (Millest & Demment, 1980). Keluhan tersebut sejalan dengan berbagai perubahan fisiologis yang terjadi secara normal ketika memasuki usia tua ( Bootzin Engle Friedman  & Hazelwood, 1983). Orang usia lanjut memiliki jam tidur yang agak singkat atau sama dengan orang dewasa yang berusia lebih muda, namun waktu tidur mereka lebih sering terputus secara spontan, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat kembali tertidur setelah terjaga (Webb & Campbell, 1980).
                    Orang lanjut usia memiliki waktu mutlak yang lebih sedikit dalam fase dengan gerakan mata cepat, dan tidur tahap 4-tahap paling lelap- hampir tidak dialami. Para laki-laki lanjut usia umumnya lebih banyak gangguan dalam tidur mereka dibanding perempuan lanjut usia, sutu perbedaan yang lebih sedikit pada orang dewasa muda (Dement, Laughton & Carskadon, 1981)

§         Penyebab gangguan tidur
Selain hal-hal yang menyangkut penuaan, berbagai macam penyakit, obat-obatan, kafein, stres, kecemasan, depresi, kurang beraktifitas dan kebiasaan tidur yang buruk dapat menyebabkan insomnia.
Rasa sakit karena arthritis merupakan pengganggu tidur nomor satu pada orang usia lanjut (Prinz & Raskin, 1978).
Apnea tidur adalah gangguan pernapasan dimana berulang kali berhenti selam beberapa detik hingga setengah menit ketika orang yang bersangkutan dalam keadaan tidur. Gangguan ini disebabkan oleh sangat berkembangnya aliran udara karena adanya hambatan dari jaringan yang lebih menghasilkan relaksasi otot dibagian belakang tenggorokan. Gangguan pernapasan ini terjadi 60 kali dalam satu jam.

§         Penanganan gangguan tidur
            Obat-obatan yang dijual bebas dan obat-obatan resep dapat dikonsumsi oleh insomnia lanjut usia. Akan tetapi efektifitas obat tidur tersebut cepat hilang dan bila digunakan terus menerus dapat membuat tidur menjadi tidak lelap. Obat yang dianggap alat bantu tidur tersebut juga daapt menimbulkan rasa lemas dan meningkatkan kesulitan bernapas setelah minum obat tersebut. 


kel 8:
pem2
stevan.up
nunna echa


0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment