Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 01 Juni 2011

Penilaian/ Evaluasi Belajar


PENILAIAN/EVALUASI BELAJAR

A.      PENGERTIAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

Evaluasi yakni suatu kegiatan ubtuk menentukan nilai sesuatu. Dalam hubungannya dengan  pembelajaran/pendidikan terdapat beberapa pengertian menurut para ahli sebagai berikut:

1.       Proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai(Ralph Tyler,1950)
2.       Penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai yang ditetapkan(Wringhstone dkk,1956).
3.       Suatu proses yang sistematis untuk menetukan atau menbuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran dicapai oleh siswa(Gronlound,1975).
4.        Proses penilaian untuk mengambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah  ditetapkan(Tardif,1989).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran yakni suatu proses yang sistematis melalui pengumpulan berbagai informasi/data dari peserta didik untuk kemudian dinilai dengan berpedoman pada tujuan yang hendak dicapai atau criteria yang ditetapkan.
B.      TUJUAN EVALUASI HASIL BLAJAR

Secara umun  ada lima evaluasi blajar,yaitu:

1.       Penilaian sebagai peransang atau dorongan, bertujuan untuk memotivasi peserta didik
Agar berusaha melakukan yang terbaik sebagai hadiah atas pekerjaannya. Hadiah tersebut dapat beupa nilai atau peringkat atas usaha belajar peserta didik.
2.       Penilaian sebagai umpan balik bagi peserta didik, bertujuan menberikan gambaran peserta didik tentang kekuatan dan kelemahanya karena peserta didik ingin tahu atas hasil usaha mereka dalam belajar.dengan begitu dapat menbantu peserta didik dalam menperbaiki  kelemahan mereka dimasa yang akan dating.
3.       Penilaian sebagai umpan balik bagi pengajar, bertujuan untuk mengaetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pengajar dalam menjalankan tugasnya. Selain itu pengajar juaga menperoleh  gambaran posisi/kedudukan peserta didik apakah termasuk kategori cepat didik dalam suatu kurun tertentu , menperoleh gambaran posisi/kedududukan peserta didik apakah termasuk kategori cepat, sedanga atau lambat, menperoleh tentang gambaran tingkat usaha yang telah dilakukan peserta didik,menperoleh gambaran hingga sejauh mana peserta didik telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya serta gambaran tentang ketepatan materi dan metode yang digunakan pengajar apakah sesuai atau perlu diperbaiki. Misalnya pada pembelajaran terhadap peserta didik sekolah dasar yang cendrung holistik, perlu digunakan metode khusus seperti metode khusus seperti metode pembelajaran terpatu agar berhasil belajar dapat lebih maksimal(Surisno Widodo, jurnal teknologi pendidikan, Vol.10 no.1 April 2010 Hal.8-15).
4.       Penilaian sebagai umpan balik bagi orang tua, bertujuan sebagai informasi bagi orang tua sehingga diharapkan ornga tua dapat bekerja sama menbantu peserta didik dalam meningkatkan prestasi blajarnya.
5.       Penilaian sebagai informasi untuk seleksi, bertujuan sebagai infomasi untuk seleksi, bertujuan sebagai pedoman terhadap peserta didik unutk melanjutkan studi ketinggkat yang lebih tinggi atau untuk tujuan lainnya seperti seleksi pendidikan yang lebih tinggi atau untuk tujuan lainya seperti seleksi untuk mendapatkan beasiswa dan pekerjaan.

C.      TEKNIK PENILAIN HASIL BELAJAR

Terdapat setidaknya empat aspek yang menjadi sasaran evaluasi terhadap manusia secara utuh yaitu kemanpuan, kepribadian, sikap-sikap dan intelegensi. Untuk itu dibutuhkan alat/instrument evaluasi yang baik, yaitu alat evaluasi mampu diukur aspek yang ingin diukur seobjektif mungkin. Secara umun teknik-teknik yang dipakai dalam evaluasi untuk mengukur aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Teknik nontes, meliputi akala bertingkat (rating scale), kuesioner,daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan(obsevation) dan riwayat hidup.
2.       Teknik tes, khhusus dalam dunia pembelajaran/pendidikan teknik yang umun diapakai yakni teknik tes ini.

Menurut beberapa ahli tes didefenisikan sebagai berikut:
1.       Muchtar Bukhori mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan ada atau tidaknya hasil-hasil pembelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
2.       Webser’s Collegiate mengatakan bahwa, tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteegensi, kemanpuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpulan informasi tetapi jika dibandingakan dengan alat-alat yang lain. Tes menpunyaii fungsi ganda yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran.
Ditinjau dari segi kegunaannya tes dibedakan tiga macam yaitu:
1.       Tes diagnostic, yakni tes yang digunakan untuk mengatahui kelemahan-kelemahan perlakuan yang tepat.
2.       Tes formatif, yakni yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mengikuti suatu program tertentu, contohnya ulangan harian
3.       Tes sumatif, yakni tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pembelajaran, contohnya ulangan akhir semester.


Sedangkan tes dqari segi bentuknya adalah sebagai berikut:
1.       Tes subjektif, yakni tes yang memerlukan pemaparan , umunnya terbentuk esai (uraian) yang menbutuhkan pembahasan sebagai  jawaban atas daftar pertanyaan.
2.       Tes  objektif,yakni tes yang pemeriksaannya dapat dilakuakan secara lebih objektif , secara seadanya menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Tes ini terdiri dari beberapa jenis , yaitu:

a.       Tes benar-salah, soal-soal dalam tes ini berbentuk pertanyaan yang pilihan jawabannya hanya dua macam, yakni “B” jika pertanyaan itu benar dan “S” jika pertanyaan itu salah. Apabila disusun dalam bentuk pertanyaan, biasaanya alternative jawaban yang harus dipilai ialah aya atau tidak.
b.      Tes pilihan penganda , biasanya berupa pertanyaan yang dapat dijawap dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternative yang mengiringi setiap soal. Cara yang sangat lazim digunakan ialah penyilang (x) salah satu huruf A,B,C,D atau E  yang menandai alternative jawaban yang benar.
c.       Tes pencocokan, disusun dalam dua daftar yang masing-masing menbuat kata, istilah , atau kalimat yang diletakkan bersebelahan untuk mencari pasangan yang selaras anatara kalimat atau istilah yang ada pada daftar A (berisi aitem-aitem yang ditandai dengan no urut 1 sampai 10 dan seterusnya menurut kebutuhan) dengan daftar B terdiri  atas aitem-aitem yang ditandai huruf A,B,C dan seterusnya.
d.      Tes isisan,biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu yang dikosongkan .
e.      Tes melengakapi, pada dasarnya sama menyelesaika tes isian, perbedaanya  terletak pada kalimat-kalimat yang tersusun dalam karangan atau cerita pendek tetapi dalam bentuk kalimat-kalimat yang berdiri sendiri.
Selain teknik tes, yang menpunyai kelemahan karena hanya mengukur aspek kognitif , sedangkan pendidikan ( bukan hanya pembelajaran ), sebagaimana tercamtum pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,  masyarakat, bangsa , dan Negara. Teknik ini juga digunakan untuk pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotorik peserta didik, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.       Pengukuran ranah afektif
                Pengukuran ranah afektif tidak semudah mengukur ranah kognitif yang diukur dengan teknik tes , karena yang diukur adalah sikap/perilaku peserta didik , bukan pengetahuanya. Contohnya pada mata pelajaran kewarganegaraan , agama dan budi pekkerti. Beberapa bentuk skala dalam mengukur sikap antara lain:

·         Skala Likert, disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti dengan lima respon yanga menunjukan tingkatan yaitu sangat setuju (SS), setuju(S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS),  dan sangat tidak setuju (STS).
·         Skala Thurstone, mirip skala Likert namun diikuti oleh lima sampai dengan sepuluh butir pertanyaan.
·         Pengukuran bertingkat , dengan asumsi jika responden setuju dengan pernyataan pertama, begitu seterusya.
·         Semantic Differential, disusun oleh  osgot dan kawab-kawan mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi, denngan kategori baik-baik , kuat-lemah, cepat-lambat, pasif-aktif atau berguna tidak berguna.
·         Pengukuran minat , mengukur minat menggunakan skala seperti dari sangat senang (SS) hingga sangat  tidak setuju (STS).

2.       Pengukuran ranah psikomotor

Pengukuran ranah psikomotor digunakan untuk mengukur hasil-hasil  belajar berupa keterampilan, instrument yang digunakan berupa matriks ke bawah menyatakan aspek ( bagian keterampilan yang diukur ) dan kekanan menunjukan skaor yang dapat dicapai. Pengukuran ini digunakan misalnya pada mata pelajaran keterampilan memasak dan olah raga.

D.      KESIMPULAN
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik cukup hanya menilai dari aspek kognitif, namun juga memaksimalkan evaluasi aspek afektif dan psikomotor jika ingin meraih tujuan dari pendidikan itu sendiri. Selain itu, factor mengajar menjadi pentiang agar metode, baik pengajaran maupun penialaina yang digunakan sesuai dengan keadaan peserta didik daik segi usia secara fisik maupun aspek psikologisnya.
Evaluasi dalam dunia pendidikan memiliki banyak model dan pendekatan , mulai dari model yang  didominasi pengukuran secara kuantitatif seperti pada measurement model hingga model yag menggunakan pendekatan kiualitatif seperti iiluminative model ( Rohmat Qomari,jurnal pemikiran alternative pendidikan insania, vol.13 no 2 mei-agust 2008 hal 173-188 ). Sehingga pengajar dapat memilih atau mengkombinasikan model evaluasi, bukan hanya terpaku pada satu mudel saja . selain itu, karena ikut mengevalluasi keberhasilan program pembelajaran tidal cukup hanya dengan mengadakan penilaian  terhadap hasil belajar siswa  sebagai produk dari sebuah proses embelajaran, kualitas suatu produk pembalajaran tidak terlepas dari kualiatas  proses pembelajaran itu sendiri.















DAFTAR PUSTAKA:
Muhibbin Syah.2000.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Prof.Dr.Suharsimi Arikkunto.2007. Dasar-Dasar Evaluasi Belajar.Jakarta: Bumi Aksara
Sri Esti Wuryani Djiwandono.2002.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Surisno Widodo,Jurnal Teknologi Pendidikan,vol.10 no.1 april 2010 hal.8-15
Rohmad Qomari,Jurnal Pemikiran Alternative Pendidikan Insania, vol.13 no.2 Mei-Agust 2008 Hal. 173-188

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment