PERANAN MOTIVASI DALAM BELAJAR
1. Pengertian Motivasi.
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku.(santrock,2008 )
Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan dapat bertahan lama.
Contohnya ; motivasi murid dikelas berkaitan dengan alasan dibalik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karna bosan, maka dia kekurangan motivasi.
Motivasi belajar adalah kondisi-kondisi yang memberi dorongan pada individu dalam belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Ø Perspektif tentang Motivasi.
v Perspektif Behavioral.
Perspektif ini menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Insentif : Kejadian / stimuli bertambah atau berkurang yang dapat memotivasi perilaku murid.
Penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.
v Perspektif Humanistis.
Perspektif ini menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka
Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Misalnya : murid harus memenuhi kebutuhan makan sebelum belajar dan berfikir.
v Perspektif kognitif.
Perspektif ini menekankan bahwa pemikiran murid akan memandu motivasi mereka.
Perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan, merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi mereka sendiri.
v Perspektif Sosial.
Meliputi kebutuhan afiliasi atau keterhubungan ( motif untuk / berhubungan dengan orang lain secara aman ). Hal ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan Afiliasi murid, tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua dan keinginaan untuk menjalin hubungan dengan guru.
Ø Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Wlodkowski (1990) motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa factor,antara lain :
a. Budaya
b. Keluarga
c. Sekolah
d. Pribadi siswa
Ø Pengukuran Motivasi
Menurut Rahman (2008) Pengukuran Motivasi adalah yang berhubungan dengan efektivitas motivasi dalam mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia.
Motivasi menjadi efektif dan tepat sasaran,ketika dilakukan sesuai dengan teori dan ditarafkan pada objek yang tepat.
Pengukuran Motivasi ini dapat dilihat dalam contoh kasus yang diangkat dalam jurnal, “ Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Dasar II Melalui Model Pengajaran Langsung (MPL) dengan Pendekatan Problem Posing” oleh Aceng Haetami dan La Djadi Siharis. Dimana didalam penelitiannya,menjelaskan bahwa : kenaikan merata hasil belajar setiap siklus, disebabkan oleh beberapa factor diantaranya motivasi belajar mahasiswa yang kurang secara perlahan-lahan baru bisa dikikis dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Metode pengembangan yang digunakan, dalam pengembangan ini adalah metode pengembangan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing,dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama yaitu ; perencanaan,pelaksanaan kegiatan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Setiap akhir kegiatan siklus diadakan refleksi,sehingga kelemahan setiap siklus dapat dibenahi pada siklus berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi : menentukan indicator dari setiap materi pokok yang akan diajarkan,membuat skenario pembelajaran,membuat lembaran observasi.
2. Jenis – jenis Motivasi.
a. Motivasi Intrinsik.
Motivasi Internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri ( tujuan itu sendiri ), berkaitan dengan faktor personal kebutuhan, minat , ketertarikan,dan kenikmatan.
Misalnya : seorang murid mungkin belajar menghadapi ujian karna dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
· Jenis motivasi intrinsik.:
ü Motivasi intrinsik dari determinasi diri dan pilihan personal.
Dalam pandangan ini murid ingin murid ingin dipercaya bahwa mereka dalam melakukan sesuatu karna kemauan sendiri, bukan karna kesuksesan ataupun imbalan eksternal.
Misalnya :
Dalam sebuah studi, murid sains di SMA yang diajak untuk mengorganisir sendiri eksperimen mereka akan lebih perhatian dan berminat terhadap praktik laboraturium ketimbang murid yang diharuskan mengikuti intruksi dan aturan guru yang ketat.
ü Motivasi Intrinsik dari pengalaman optimal.
Menurut Mihaly chiszentmihalyi(1990,1993,2000 ; Nakamura dan csikszentmihalyi, 2002 ), pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Dia menyatakan bahwa pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan ), menekankan pada lingkungan ganjaran,tekanan social,hukuman dll.
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti ; imbalan dan dukungan.
Misalnya ;
Murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Perspektif Behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi, sedangkan peendekatan kognitif dan humanistic lebih menekankan pada arit penting dari motivasi intrinsic dalam prestasi.
3. Teori-teori Motivasi Dalam Belajar
a. Teori Kebutuhan McClelland
Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan :
· Kebutuhan Pencapaian ; Dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
Individu dengan kebutuhan ini lebih menyukai situasi-situasi pekerjaan yang memiliki tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. Ketika karakteristik-karakteristik ini merata, individu yang berprestasi tinggi akan sangat termotivasi.
· Kebutuhan Kekuatan (nPow) : Keinginan untuk memiliki pengaruh, dan mengendalikan individu lain. Individu dengan nPow tinggi suka bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam situasi yang kompotitif dan berorientasi status, serta cendrung lebih khawatir dengan wibawa.
· Kebutuhan Hubungan ; Keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab. Kebutuhan ini mendapatkan perhatian yang paling sedikit dari para peneliti. Individu dengan motif hubungan yang tinggi berjuang untuk persahabatan, lebih menyukai situasi-situasi yang kooperatif dari pada situasi-situasi yang kompetitif dan menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan tingkat pengertian mutual yang tinggi.
b. Teori Efektifitas Diri
Teori Efektifitas diri ( Self-Efficacy yang juga dikenal sebagai teori kognisi social atau teori pembelajaran social ) Merujuk padan keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan suatu tugas. Semakin tinggi efektifitas diri individu, semakin tinggi rasa percaya diri yang ia miliki dalam kemampuan untuk berhasil dalam suatu tugas. Jadi, dalam situasi-situasi sulit, individu merasa bahwa individu yang memiliki efektifitas diri rendah cenderung mengurangi usaha atau menyerah, sementara individu dengan efektifitas diri tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengalahkan tantangan.
Selain itu, individu yang memiliki efektifitas diri yang tinggi tampak merespon umpan balik negative dengan usaha dan motivasi yang lebih tinggi, sementara individu dengan efektifitas diri rendah cenderung mengurangi usaha ketika diberi umpan balik negative.
c. Teori Penguatan ( Reinforcement Theory )
Dalam teori ini mempunyai sebuah pendekatan perilaku, yang menunjukkan bahwa penguatan mempengaruhi perilaku. Teori ini mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.
d. Teori Keadilan
Menyatakan bahwa individu cenderung membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan – masukan dan hasil pekerjaan orang lain dan kemudian merespon untuk menghilangkan ketidakadilan.
e. Teori Harapan.
Menunjukkan bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Teori ini berfokus pada tiga hubungan :
1. Hubungan usaha – Kinerja. Kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah usaha akan menghasilkan kinerja.
2. Hubungan kinerja-Penghargaan. Tingkat sampai mana individu tersebut yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan.
3. Hubungan penghargaan – Tujuan pribadi. Tingkat sampai mana penghargaan-penghargaan yang diberikan memuaskan tujuan-tujuan pribadi atau kebutuhan-kebutuhan seorang individu dan daya tarik dari penghargaan- penghargaan potensial bagi individu tersebut.
Daftar Pustaka
Santrock, Jhon W .2008. Psikologi Pendidikan. Alih bahasa Tri Wibowo. Jakrta: Kencana Prenada Media Group.
Sumadi Suryabrata. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Robbins, StephenP.2008.Perilaku Organisasi edisi 12. Jakarta: Salemba empat.
Chairul, F. Motivasi belajar pada anak-anak yang berprofesi sebagai loper Koran yang bersekolah. Jakarta: Penerbit fakultas Psikologi, universitas Gunadarma.
Haetami, A & Siharis, D. L. Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia dasar II melalui model pengajaran langsung (MPL).
1 komentar:
like this
Posting Komentar