Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 12 Oktober 2012

Relaksasi dan Flooding



RELAKSASI DAN FLOODING

A.  RELAKSASI
y       Pengertian Relaksasi
Relaksasi adalah kembalinya satu otot pada keadaan istiahat setelah mengalami kontraksi atau peregangan, satu tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (J.P Chaplin). Relaksasi adalah salah satu teknik didalam terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe (Goldfried & Davidson, dalam Prawitasari 2011). Menurut kedua ahli ini melemaskan otot didalam relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan. Dalam bukunya Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan (Zalaquett & McCraw, 2000).
Terapi relaksasi adalah suatu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantar dan mengajar pasien bagaimana caranya dia harus beristirahat dan bersantai, dengan asumsi bahwa beristirahatnya otot-otot dapat membantu mengurangi tegangan psikologis.

y       Manfaat Relaksasi
Menurut Agras (dalam Prawitasari 2011), relaksasi dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi tekanan darah tinggi, sakit kepala termasuk migraine. Selain itu relaksasi juga efektif untuk mengatasi insomnia dan penyakit Renauld yang menyerang system vascular. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irvine et al (1986) menjelaskan bahwa relaksasi lebih unggul dibandingkan kegiatan fisik ringan dalam mengurangi tekanan darah tinggi. Untuk pasien post-miokardial infraksion, relaksasi juga dapat digunakan untuk mengatasi situasi yang membuat tegang, seperti berbicara di muka public (Gatchel, Gaffney, dan Smith dalam Prawitasari 2011) .
Burn (dalam Subandi.dkk, 2003) melaporkan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain:
a.    Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menhindari reaksi yang berlebihan karena adanya stressor.
b.   Masalah-masalah yang berhubungan dengan stressor seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.
c.    Mengurangi tingkat kecemasan.
d.   Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stres, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan sebagainya.
e.    Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan ketrampilan fisik.
f.    Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.
g.    Kesadaran diri tentang kesadaran fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil latihan relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis.
h.   Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan operasi.
i.     Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap reaksi stress.
j.     Meningkatkan hubungan interpersonal. Orang yang rileks dalam situasi interpersonal yang sulit akan lebih berfikir rasional.

y       Macam-macam Bentuk Relaksasi
Terapi relaksasi ada beberapa macam antara lain relaksasi otot, relaksasi kesadaran indra dan relaksasi, hipnosa, yoga dan meditasi :
1.      Relaksasi Otot
Salah satu bentuk relaksasi yang terkenal adalah relaksasi otot yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe (Prawitasari, 2011). Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan. Bertein dan Borkovac,1973.et.all (dalam  Fitri Rochaini dan Titin Indah Pratiwi) interaksi relaksasi otot dapat diberikan melalui tape recorder, dengan demikian individu dapat mempraktekkannya sendiri di rumah. Menurut Bernstein dan Borkovec,1973.et.all (dalam  Fitri Rochaini dan Titin Indah Pratiwi) ada tiga macam relaksasi otot, yaitu tension relaxation, letting go, dan difrential relaxation.
a.                   Tension relaxation
Dalam metode ini individu diminta untuk menegangkan dan melemaskan masing-masing otot, kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara ketika otot tegang dan ketika otot lemas. Disini individu diberi tahu bahwa pada fase menegangkan akan membantu dia lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan, dan sensasi-sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk melemaskan ketegangan. Individu dilatih untuk melemaskan otot-otot yang tegang dengan cepat, seolah -olah mengeluarkan ketegangan dari badan, sehingga individu akan merasakan rileks. Pada mulanya prosedur pelemasan otot-otot dengan cepat ini dikenalkan oleh Lazarus dan Paul dikutip oleh Goldfried dan Davison(dalam Subandi, 2003). Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut dan kaki.
Menurut Bernstein & Borcovec (dalam Cormier, 1985), terdapat beberapa kelompok otot dalam latihan relaksasi yang akan dilemaskan. Diantaranya adalah sebagai berikut: Menahan lengan dominan dengan menekuk siku dan membentuk sudut 45 derajat dengan membuat kepalan (tangan, lengan bagian bawah, dan otot biseps), Gerakan yang sama pada lengan non dominan, Beberapa otot wajah. Mengerutkan dahi, mata, memoncongkan atau menekan lidah pada mulut bagian atas, menekan bibir atau menarinya ke sudut mulut bagian dalam, Menekan atau membenamkan dagu di dada, Dada, bahu, punggung bagian atas, dan daerah perut, Paha ,betis, dan kaki.

b.                  Letting go
Bertujuan memperdalam relaksasi. Pada fase ini individu dilatih untuk lebih menyadari ketegangannya dan berusaha sedapat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut menurut Goldfried dan Davidson,1979 (dalam Subandi.dkk, 2002).

c.                   Differentioan Relaxation
Digunakan untuk merilekskan otot yang ketegangannya berlebihan dan untuk merilekskan otot – otot yang tidak perlu tegang pada waktu individu melakukan aktivitas itu, menurut Berkin dan Borkanc,1973.et.all(dalam Subandi.dkk, 2002).

2.       Relaksasi kesadaran indra
Relaksasi ini dikembangkan oleh Goldfried,1976(dalam Subandi dkk, 2003). Dalam teknik ini individu diberi satu pertanyaan yang tidak untuk dijawab secara lisan, tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami individu pada waktu instruksi diberikan. Instruksi relaksasi kesadaran indra juga dapat diberikan melalui tape recorder, sehingga dapat digunakan untuk latihan dirumah.


y       Tahap-tahap relaksasi
Cormier & Cormier (1985) mengemukakan bahwa strategi relaksasi terdiri atas 7 (tujuh) tahapan sebagai berikut:
1.       Rasional,
2.      Petunjuk tentang berpakaian,
3.      Menciptakan suasana yang nyaman,
4.      Pemodelan oleh konselor,
5.      Petunjuk untuk melakukan relaksasi,
6.      Penilaian pasca relaksasi,
7.      Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

Berdasarkan pengamatan Burnstein & Borkovic (dalam Nelson, 1982), bahwa latihan relaksasi dengan memusatkan pada sekelompok otot terdiri atas 5 ( lima) unsur;
1.      focus (Pemusatan perhatian), yang berarti memusatkan perhatian pada sekelompok otot,
2.      Tense (tegang), yaitu merasakan ketegangan pada sekelompok otot,
3.      Hold (tahan), yaitu mempertahankan ketegangan antara 5 sampai 7 detik,
4.      Release (Lepas), yaitu melepaskan tegangan pada sekelompok otot,
5.      Relax (Rileks), yaitu memusatkan perhatian pada pelepasan ketegangan dan lebih lanjut merasakan keadaan rileks pada sekelompok otot.

Berdasarkan tahapan relaksasi diatas, maka langkah-langkah relaksasi adalah sebagai berikut:
1.  Rasional,
2.      Petunjuk tentang berpakaian,
3.      Menciptakan suasana yang nyaman,
4.      Pemodelan oleh konselor.

Petunjuk untuk melakukan relaksasi; menutup mata sampai relaksasi selesai, menggenggam tangan, menekuk kedua lengan ke belakang, menggerakkan bahu, mengerutkan dahi dan alis, menutup mata keras-keras, mengatupkan rahang, memoncongkan bibir, menekan kepala, melengkungkan punggung, membusungkan dada dan perut, mengambil nafas panjang, mengencangkan otot perut, meluruskan kedua telapak kaki, menekuk kaki di bagian pergelangan kaki, mengulangi gerakan berbagai kelompok otot, membuka mata, penilaian setelah relaksasi, pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

y       Relaksasi dalam Modifikasi Perilaku
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan parasimpatetis. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002), membantu orang yang mengalami insomnia (Friedman et.al. 1991), dan asma (Huntley, et.al., 2002). Di Indonesia, penelitian tentang relaksasi ini juga sudah cukup banyak dilakukan. Prawitasari (1988) , melaporkan bahwa relaksasi bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik. Utami (1991) mengukur efektivitas latihan relaksasi dan terapi kognitif untuk mengurangi kecemasan berbicara di muka umum”, selanjutnya relaksasi juga efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan (Karyono, 1994), dan menurunkan ketegangan pada siswa penerbang (Dewi, 1998).
Dalam jurnal penelitian yang berjudul Relaxation to Assist Sleep Medication Withdrawal meneliti tentang penderita insomnia yang terbiasa meminum obat tidur. Pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa terapi relaksasi dapat mengurangi gangguan tidur dan juga dapat mengurangi perilaku mengonsumsi obat tidur pada penderita insomnia. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh  Fitri Rochaini dan Titin Indah Pratiwi “ Penggunaan Strategi Relaksasi Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Dalam Situasi Komunikasi Interpersonal” menyimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat digunakan untuk membantu mengurangi kecemasan komunikasi interpersonal siswa kelas.

B.   FLOODING
y       Pengertian Flooding
Flooding adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan pada stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun situasi actual. Mengapa? Kepercayaannya adalah bahwa kecemasan merupakan representasi dari respon terkondisi dari stimulus fobik dan akan punah bila individu tinggal di dalam situaasi fobik tersebut untuk waktu yang cukup lama dan tidak terjadi konsekuensi yang merugikan. Dalam suatu riset, 9 dari 10 orang dengan fobia social memperoleh sedikitya peningkatan dalam taraf sedang melalui teknik flooding dimana mereka secara langsung dihadapkan pada situasi pembangkit ketakutan, seperti memberi ceramah dihadaan khayalayak ahli (Turner, Beidel, & Jacob, 1994 dlm Jefferey s. Nevid).
Flooding didasarkan pada dasar pemikiran bahwa melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskan ansietas mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinisi dapat mengakhiri ansietas dan mencegah perilaku menghindar yang dipelajari dengan tidak memungkinkan pasien lari dari situasi tersebut. Keberhasilan prosedur ini bergantung pada pertahanan pasien didalam situasi yang menimbulkan takut sampai mereka menjadi tenang dan merasakan sensasi penguasaan. Menarik diri secara dini dari situasi atau secara dini mengakhiri situasi yang dibayangkan adalah sebanding dengan pelarian diri, yang kemungkinan mendorong ansietas yang dipelajari serta perilaku menghindar dan menghasilkan efek berlawanan yang diinginkan.

y       Teknik Flooding
Flooding ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif. Tehnik terapi: 
1.      Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
2.      Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
3.      Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
4.      Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
5.      Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
Y        Flooding dalam Modifikasi Perilaku
Dalam jurnal penelitian Sains Kesihatan Malaysia 3 (2) 2005: 67-78 “Cognitive-Behavioral Treatment of Panic Disorder with Agoraphobia” menjelaskan bahwa terdapat perubahan perilaku dari klien yang memiliki kecendrungan agrofobia setelah melakukan terapi flooding sebanyak 5 kali. Seperti klien sudah mampu pergi ke apotek dan duduk disana selama 10 menit dengan santai.  


DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Refika Aditama, Bandung
Chaplin, J.P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi: Terjemahan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Fitri & Titin.  Penggunaan Strategi Relaksasi Untuk Membantu Siswa Mengurangi Perasaan Cemas Dalam Situasi Komunikasi Interpersonal.
Nevid, Rathus & Greene. 2003. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1: Erlangga, Jakarta
Ponnusamy & Ghazali, 2005. Cognitive-Behavioral Treatment of Panic Disorder with Agoraphobia. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 3 (2) 2005: 67-78. 
Prawitasari, J.E. 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro & Makro. Erlangga, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment